Happy Reading!!
Di Emerald High School, kini cukup banyak yang dibingungkan oleh perubahan sikap Celia yang berubah 180 derajat.
Jika biasanya kehadiran Celia selalu diiringi ocehan tidak berfaedah, kini ia hanya menampung raut sinis pada siapapun.
"Kamu ada masalah apa, Cel?" tanya Daniel.
Saat jam istirahat, Daniel tidak mendapati adanya Celia di kantin. Ia memutuskan menghampiri Celia ke kelasnya.
Celia mendecak. "Masalahku bukan urusan kakak. Hubungan kita cuma sebatas pacar. Kakak ga terlalu penting buat tau masalah aku," ketus Celia.
"Kamu kenapa sih, Cel? Aku udah coba ngertiin kamu loh! Tolong jangan egois, deh!" murka Daniel. Ia lelah sudah berkali-kali membujuk Celia meski tidak tahu apa masalah Celia.
Celia merotasikan bola matanya malas. "Kakak yang kenapa? Bukannya biasanya aku yang selalu nanyain kakak kenapa, kakak ada masalah apa. Kakak nerima aku jadi pacar kakak 'kan cuma buat pelampiasan aja. Kenapa effort banget, sih, kak?"
Daniel tersentak. Benar juga, ia bukan benar-benar mencintai Celia. Bagaimana Celia bisa mengetahui hal ini?
"Bukan...," lirih Daniel.
"Kita sampe sini aja, kak. Aku udah cape cinta sama kakak. Lagian hati kakak udah sepenuhnya buat Achera, bukan aku. Makasih buat beberapa bulan ini, kak. Setidaknya aku sedikit bahagia pernah punya hubungan sama kakak," sela Celia.
Celia mengepalkan tangannya erat. Nafasnya tercekat, sudah matanya sudah memanas.
"Kita putus, kak. Silahkan pergi dari sini. Jangan cari aku lagi," sambung Celia.
Celia mengalihkan pandangannya ke jendela kelas yang menampakkan awan mendung di siang hari ini.
Daniel tertegun melihat punggung Celia yang bergetar. Samar-samar ia mendengar isakan kecil yang pastinya berasal dari gadis di depannya.
"Oke, kalo itu mau kamu. Kakak turutin. Mulai sekarang kita bukan siapa-siapa lagi," putus Daniel.
Ia melenggang pergi meninggalkan sosok yang tengah menangis pilu sembari menangkup wajahnya dengan kedua tangan lentiknya.
"Mulai sekarang, aku mau jadi diriku sendiri. Aku ga mau hidup di bawah kekangan orang lain. Aku udah ga peduli lagi kalo waktuku hidup cuma bentar. Yang penting, aku bisa bahagia setidaknya sebentar."
"Aku bebas ngapain aja sekarang. Aku bebas jadi diriku sendiri yang sombong, pelit, dan pemarah. Aku ga mau jadi sok imut lagi. Aku bebas..."
Celia terus menumpahkan cairan bening dari matanya, menuangkan seluruh keluh kesahnya dalam diam melalui air mata yang jatuh melewati pipi putihnya.
Meskipun sakit, keputusan Celia membuat beban Celia berkurang sedikit. Celia butuh pelukan, ia butuh seseorang yang mampu mengerti perasaannya.
(。・ω・。)ノ♡
"Eh, eh, kalian tau ga?" pancing Mia.
Ketiganya tengah asik membaca buku di perpustakaan. Lebih tepatnya hanya Achera dan Chloe, Mia hanya membolak-balikkan halaman dengan raut bosan.
Tujuan lain Achera pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu kertas selanjutnya. Ia mengambil buku tahunan sekolah angkatan tahun lalu, dan satu buku novel non-fiksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Antagonist's
FantasyAngin malam berbisik lembut. Mengalun, membuat daun-daun menari dengan teratur. Gelap, tetapi indah. Malam ini, malam di mana Sang Malaikat Maut Cantik akan mengambil satu nyawa. Elleonore, auranya bak dewi kegelapan. Rambutnya hitam legam. Mata taj...