Happy Reading!!
Hari ini hari Senin, hari yang katanya paling merepotkan karena adanya upacara bendera. Namun tidak di sekolah Achera. Tidak ada upacara bendera, hanya menyanyikan lagu Indonesia Raya di kelas dan penghormatan bendera yang sudah ada di kelas masing-masing.Namun ya seperti sekolah lain, atribut dan seragam harus lengkap. Seragam sekolah Achera berupa kemeja lengan panjang atau pendek warna sesuai jadwal, almamater warna coklat tua dan hitam dan rok yang senada dengan almamater.
"Saya berangkat," pamit Achera setelah sarapan.
Vincent hanya berdehem menanggapi. Achera menggendong tasnya kemudian pergi.
Seperti biasa, Achera menggunakan mobilnya, namun kali ini ia menyetir sendiri tanpa supirnya.
Di koridor sekolah, Achera berpapasan dengan Rayn. Masih ingat Rayn? Ketua member official archery.
"Hai Achera!" sapa Rayn sambil tersenyum.
Achera tidak membalas, ia hanya tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
Rayn memaklumi sikapnya. Wanita memang maju mundur mood-nya.
Sedangkan Celia, ia memikirkan banyak hal terkait perubahan sikap Achera yang mendadak. Bahkan tidak pernah ia sangka sebelumnya.
"Dia kenapa sih?" ocehnya terus-menerus.
"Kenapa?" tanya Vega yang sedang menyetir karena mendengar gumaman tidak jelas.
"Ah. Gapapa kok, kak," ucap Celia.
Vega mengangguk saja. Sebenarnya ia juga memikirkan Achera. Mengapa sikapnya bisa tiba-tiba berubah seperti itu. Apa mungkin hanya trik murahan Achera untuk mencari perhatiannya dan anggota keluarganya yang lain. Huft, entahlah. Vega bingung.
"Kita lihat sampai kapan kamu akan pura-pura cuek sama kami, Achera," batin Vega.
Cih. Pura-pura? Percaya diri sekali, heh.
Tidak hanya keluarga Achera saja yang bingung, seluruh murid di sekolah Achera pun heran dengan sikap cuek dan dinginnya akhir-akhir ini.
Di kelas, Achera menjadi pusat perhatian teman sekelasnya karena berani tidur saat jam pelajaran fisika. Tentu saja karena guru yang mengajar terkenal killer di sekolah.
Haha. Sungguh konyol.
"ACHERA!" bentak Bu Ning, guru fisika di kelas Achera.
Achera dengan malas mengangkat kepalanya dan menaikkan satu alisnya bingung.
"BERANI-BERANINYA KAMU TIDUR DI PELAJARAN SAYA!" sewot Bu Ning.
Achera hanya menatap datar sosok guru itu mengabaikan teriakan cemprengnya.
Menyadari itu, Bu Ning naik pitam, wajahnya hampir full merah padam menahan marah.
"Kerjakan soal di papan tulis baru kau boleh tidur. Jika tidak bisa, maka kamu harus lari mengelilingi lapangan saat jam istirahat," ujar Bu Ning sambil meremehkan Achera.
"Baik," enteng Achera membuat satu kelas kompak menjatuhkan rahangnya.
Bagaimana tidak, soal di papan tulis adalah soal kelas 12, yang mana belum ada yang mempelajarinya di kelas ini.
Tidak tahu saja jika kapasitas otak Achera sudah sepadan dengan otak manusia terpintar.
Dengan santai Achera melangkah ke depan masih dengan tatapan datarnya.
Achera mengambil spidol dan mulai menuliskan jawabannya dengan lancar dan cepat.
'Jawabnya cepet banget, pasti salah,' pikir semua orang di kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Antagonist's
FantasyAngin malam berbisik lembut. Mengalun, membuat daun-daun menari dengan teratur. Gelap, tetapi indah. Malam ini, malam di mana Sang Malaikat Maut Cantik akan mengambil satu nyawa. Elleonore, auranya bak dewi kegelapan. Rambutnya hitam legam. Mata taj...