Happy Reading!!
Minggu cerah, akhir pekan dan hari yang paling ditunggu untuk menghilangkan stres. Tidak dengan Achera yang masih asik bergelut dengan kasur dan bantal.
Di balik sikap pendiam dan kejamnya, Achera adalah seorang yang sangat mudah mengantuk. Terkena sesuatu yang empuk saja, sudah bisa tertidur pulas.
Sarapan? Achera bisa melakukannya nanti. Yang penting saat ini ia harus tidur, tidur, dan tidur lagi sebelum memulai hari-hari akhir pekannya.
Pukul delapan pagi, Achera baru saja membuka matanya sambil perlahan mengumpulkan nyawa.
Achera langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Karena masih mengantuk, Achera sempat menabrak dinding kamar mandi, tapi Achera kemudian melanjutkan langkahnya.
Sudahlah, kita tinggalkan rutinitas pagi Achera.
Sudah lama tidak melihat Celia dan raut dramatisnya.
"Makin lama makin susah aja deketin keluarga ini. Aku pengen cepet-cepet selesain tugas ini. Daripada harus berakhir di rumah sakit jiwa karena perlakuan semua William di belakang Achera. Sesusah itu deketin mereka," kesalnya sambil menjambak rambutnya frustasi.
"Mereka memang bukan keluarga biasa, aku yakin itu. Pasti ada yang mereka sembunyiin dari aku dan Achera," duga Celia.
Asik menggerutu dan membuat rencana, Celia sampai tidak sadar ponselnya sudah berdering berkali-kali.
Dengan panik Celia langsung mengangkat telepon karena melihat siapa yang menelfon.
"Halo?"
"Sebenarnya kau sedang apa, Celia? Kenapa tidak menjawab panggilanku?"
"Maaf, Tuan. Tadi aku sedang memikirkan rencana agar bisa menyelesaikan tugas dengan cepat. Aku tidak betah berlama-lama di sini," aku Celia sedikit takut.
Terdengar helaan nafas dari seberang sana.
"Lakukan perlahan, Celia. Jangan buat mereka menyadari keanehan darimu. Jika hal itu terjadi, aku tidak segan-segan melenyapkanmu karena merusak rencanaku," ancam lawan bicara Celia dengan suara berat seperti biasa. Sudah jelas tuannya adalah pria.
"Baik, Tuan. Maaf aku terlalu lamban," sesal Celia.
"Aku tidak peduli. Lakukan saja tugasmu dan lakukanlah sesukamu setelah itu."
Tut...
Panggilan terputus.
Celia mendesah frustasi, ini sulit. Bagaimanapun hal ini bukan keinginannya. Ia hanya tidak sengaja terjebak dengan seseorang yang ia panggil Tuan dan harus menuruti perintahnya yang tidak masuk akal.
Tapi, untuk anak yatim-piatu yang hidup sengsara di panti asuhan sejak kecil, kehidupan dengan Tuannya cukup baik. Ia diberi makan, keringanan untuk belajar, juga uang saku.
Namun tetap saja, semua itu harus dengan tugas yang harus Celia selesaikan dengan baik. Jika gagal, ia akan kehilangan kehidupannya—
—Selamanya.
Ditambah perlakuan kasar keluarga William untuknya akhir-akhir ini di belakang Achera. Celia tidak ingin menyakiti Achera, tapi ia bisa apa? Sudah tanggung jawabnya mengikuti arahannya.
Celia masih sayang nyawa. Ia masih ingin hidup dan bernafas. Celia tahu, jika nyawanya akan berakhir di antara tuannya atau keluarga ini. Ia pasrah, ia akan menerima siapapun yang mengambil nyawanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Antagonist's
FantasyAngin malam berbisik lembut. Mengalun, membuat daun-daun menari dengan teratur. Gelap, tetapi indah. Malam ini, malam di mana Sang Malaikat Maut Cantik akan mengambil satu nyawa. Elleonore, auranya bak dewi kegelapan. Rambutnya hitam legam. Mata taj...