33. Who Will Die?

5.7K 304 4
                                    

Happy Reading!!

Damian menembak semua bawahan Visha yang menghalangi jalan Mia ke roof top.

"Ih cepetan dikit, dong! Gue khawatir sama Achera, nih!" dorong Mia. Ia berdiri di belakang telinga tubuh besar Damian agar tidak terkena peluru.

"Berisik," dengus Damian. Mia reflek terdiam mendengar suara tenang namun menyeramkan dari mulut Damian.

Perjuangan Damian membuahkan hasil. Kini, semua bawahan Visha sudah tergeletak tidak bernyawa di lantai keramik yang sudah banjir oleh cairan merah.

Mia berlari diikuti Damian di belakangnya menuju roof top, tempat di mana saat ini Achera berada.

Mia memang takut jika harus menghadapi banyak orang sekaligus. Namun, untuk melawan satu orang saja, kekuatan Mia boleh diadu.

Pintu roof top Mia tendang sehingga terbuka dan menyebabkan bunyi nyaring pintu yang berbenturan dengan dinding.

"WOI! KALO MAU GELUD YANG ADIL DONG!!" seru Mia. Dia berlari sembari menembakkan senjatanya pada Kinan.

Achera melirik Celia yang malah mengalihkan pandangannya pada Kinan.

Kesempatan itu Achera manfaatkan untuk menjambak rambut panjang Celia dan membanting kepalanya ke tanah.

Achera tersenyum kala melihat cairan merah merembes keluar dari pelipis Celia.

"Cantik." Bahkan tanpa sadar Achera bergumam lirih. Sudah lama tidak melihat darah. Celia mengumpat, secepatnya ia bangkit dan kembali menyerang Achera.

Achera masih memantau berapa peluru yang Celia keluarkan setiap 2 detik. Semua perhitungan itu Achera kaitkan untuk mengira berapa lama lagi peluru itu akan habis.

Achera terus berlari memutari tubuh Celia yang hampir limbung karena pusing di pelipisnya dan terus berputar mengikuti arah Achera.

Suara peluru masih setia menemani kesunyian di malam hari ini. Di bawah cahaya bulan yang mulai meredup akibat tertutup awan kelabu, beberapa orang tengah bertarung mempertaruhkan nyawanya untuk mengetahui siapa yang akan mati malam ini.

Damian tidak berniat membantu, dia melipat kedua tangannya di depan dada dan menyandarkan punggung lebarnya ke dinding sembari menyimak pertarungan keempat gadis itu.

Damian memandang tubuh Achera yang masih terus berlari. Tatapan mereka berdua bertemu beberapa detik.

Laki-laki itu tertegun sejenak karena merasakan sensasi aneh yang menjalar di hatinya. Bukan hanya itu, wajahnya terasa memanas. Bahkan perutnya seperti penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan.

"Aneh. Apa ini? Aku 'kan tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Entahlah."

Achera tersenyum miring, dirinya sudah menemukan kapan Celia akan mengisi ulang pelurunya.

Dirinya mulai menghitung mundur 12 detik.

"3 ..... 2 ..... 1 ..... Sekarang!"

Achera memposisikan belatinya dengan ujung yang menghadap ke dada Celia. Ia melesat begitu cepat hingga Celia tidak bisa menghindar dan berpindah tempat sama sekali.

Belum sempat mendekati Celia, sebuah laser berwarna merah mengarah dari kejauhan ke punggung Achera.

Damian yang sedang mengamati pergerakan Achera langsung bergerak cepat mendorong Achera ke samping.

Benar saja, sebuah peluru melesat entah dari mana menyayat lengan Damian.

Posisi Achera terduduk dengan Damian yang mendekap tubuhnya. Perasaan hangat memenuhi Achera saat ini.

I'm the Antagonist'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang