14. Revenge

16.2K 753 6
                                    

Happy Reading!!

Sepulang sekolah Damian langsung mencoba meretas data pribadi Celia sesuai permintaan Achera. Hampir satu jam ia mencoba memecahkan password yang sengaja ditaruh seseorang untuk Celia.

Dan usaha Damian membuahkan hasil. Damian berhasil mengetahui data pribadi dan pekerjaan Celia yang tidak diketahui siapapun.

Pekerjaan yang tidak terduga.

Bukan. Bukan menjadi jalang di bar seperti cerita lain, tapi...

"Sangat tidak terduga. Aku bahkan tidak pernah menduganya. Kamuflasenya sangat baik ternyata," aku Damian sambil menyeringai.

Tapi pekerjaan yang akan kalian ketahui di beberapa bab setelah ini. Itupun jika kalian bisa menebaknya. Jika tidak, makan tunggu saja nanti.

"Sekarang aku punya alasan untuk menjadikannya mainan. Haha, aku sangat senang saat ini," sambungnya tertawa kecil.

Tak lupa Damian memberi Achera pesan online untuk mengabari. Baru setelah itu Damian lanjut mencari informasi lebih mengenai pekerjaan Celia.

"Dia..." ucap Damian tidak percaya. Semuanya tentang Celia sangat mengejutkan.

"Aku lebih tidak menyangka dia bekerja di bawah perintahnya."

Damian menyudahi kegiatannya dan pergi tidur untuk menenangkan pikiran. Hari ini hari paling tidak ia duga.

Di seberang sana, Achera juga tidak kalah terkejut. Sampai-sampai pembunuh bayaran sepertinya harus terjatuh dari kursi belajar.

Manusia lemah seperti Celia bekerja di pekerjaan se penting itu? Siapa sangka.

"Ah~ Aku tidak sabar. Aku ingin melihat darahnya. Aku ingin mendengar jeritannya." Tidak berbeda jauh dengan Damian, Achera juga merencanakan banyak skenario untuk Celia. Bahkan ia sampai bingung akan menggunakan rencana yang mana untuk bermain dengan Celia.

Wah wah, sepertinya sifat Veronica menurun ke anak angkatnya itu. Achera jadi makin bersemangat menjalani harinya.

"Tapi Damian tidak memberi tau siapa yang memerintah Celia. Aku tidak bisa meretasnya sendiri."

Achera menjeda untuk menghela nafas.

"Sepertinya aku akan merepotkan Damian lagi. Maafkan aku, Damian," lanjutnya.

~⁠(⁠つ⁠ˆ⁠Д⁠ˆ⁠)⁠つ⁠。⁠☆

Di ruang kerjanya, Max, pria waktu itu sedang berkutat dengan berkas-berkas penting yang entah sampai kapan ia bisa menyelesaikannya.

Belum lagi tugas dari dia yang masih maju mundur tanpa tau tujuan atau hasil dari bawahannya.

"Apa dia tidak punya pekerjaan lain selain membuatku pusing?" keluhnya sambil memijat pangkal hidungnya.

Max ingin undur diri saja dari pekerjaannya, tapi gaji dan bonus yang diberikan dia sangatlah besar. Bahkan gaji sebulan dengan dia bisa berkali-kali lipat dari gajinya bekerja 50 tahun.

Yahhh, untuk saat ini ia kan menuruti atasannya. Entah keesokkannya ia masih sanggup atau tidak.

"Sayang, apa masih belum selesai?"

Suara wanita di depannya membuat beban Max sedikit berkurang. Kekasihnya, Grace, sangat tau apa yang ia inginkan.

"Sedikit lagi, honey. Maaf, bisa kau menunggu sebentar?" balas Max sambil tersenyum.

I'm the Antagonist'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang