31. Again?

5.8K 289 3
                                    

Happy Reading!!

Achera duduk di bangku di depan salah satu ruangan rumah sakit dengan malas. Sudah tengah malam, tenaganya masih tersisa cukup karena hanya berlari, tapi ia mengantuk.

Veronica keluar dari ruangan menghampiri Achera. Matanya menangkap beberapa luka lecet di lengan dan kaki Achera. Luka itu berasal dari gesekan tubuh Achera dengan tanah kasar yang penuh bebatuan kecil.

"Kau terluka, Chera," ucap Veronica.

Achera mengikuti arah mata Veronica yang menatap lukanya. "Benar juga. Aku tidak menyadarinya," ujarnya.

"Kita obati di mansion. Oh, dimana Damian?"

"Dia pulang lebih dulu."

"Begitu. Ayo."

Achera mengangguk. Dia dan Veronica berjalan ke mobil di parkiran rumah sakit untuk kembali ke kediaman Veronica.

Mobil berharga triliunan melaju dengan lancarnya di jalanan yang sepi di malam hari yang gelap ini.

Rembulan dan bintang-bintangnya masih setia menemani mobil yang ditumpangi Achera dan Veronica.

Di kamar Elle yang dulu, Veronica dengan telaten membersihkan dan mengobati luka-luka kecil di tubuh Achera.

"Sudah. Kau bisa tidur sekarang," tukas Veronica.

Achera menaikkan selimut hingga menutupi lehernya, mengubah posisinya menyamping ke arah kanan dan mulai memejamkan matanya.

"Sweet dreams, Chera," bisik Veronica.

Veronica mengecup kening Achera sekilas. Dia menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu utama. Ditutupnya pintu kayu itu perlahan sebelum sosoknya menghilang ditelan oleh kegelapan di dalam ruangan.

(⁠☞゚⁠∀゚⁠)⁠☞

Sedangkan di sisi lain, beberapa gadis dan satu wanita yang mengenakan mini dress ketat sedang berbincang di sebuah bar bersama seorang pria dewasa.

"Jadi, selanjutnya kita harus bagimana?" tanya salah satu gadis yang pakaiannya hanya menutupi bagian dada hingga paha atasnya. Yang memakai mini dress berwarna merah terang.

Wanita di sebelahnya sedang bersandar pada bahu seorang laki-laki. Tangannya menggoyangkan perlahan gelas kecil berisi wine berharga puluhan juta.

"Ikuti aja perintah dari dia. Kita cuma pelayan yang wajib mematuhi majikannya. Lagipula, kita ga bisa ngelawan juga, 'kan?" timpal gadis lainnya yang asyik bermain kartu.

Wanita tadi, Rosanne terkekeh. "Kalian benar. Sejujurnya aku kasihan dengan kalian yang masih remaja harus bergelut dengan pekerjaan seperti ini. Tapi, aku tau, kalian pasti punya alasan tersendiri."

Gadis yang paling awal memulai pembicaraan menimpali. "Aku begini sudah sedari kecil, jadi sudah terbiasa."

"Ya. Kau memang sial, Celia."

Gadis yang dipanggil Celia hanya tersenyum sinis. Dia bersama dua gadis remaja yang seumuran dengannya diundang sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang memiliki atasan yang sama dengan Celia.

Celia mengerang, tangannya mengacak surainya frustasi. "Tuan Max semakin membuatku muak. Semua tugasnya semakin melenceng dari perjanjian awal. Harusnya, tugasku hanya memantau dan memberi informasi mengenai keluarga yang dia inginkan."

I'm the Antagonist'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang