Happy Reading!!
Vega mengerjab perlahan. Netranya mulai menyesuaikan cahaya yang masuk melalui pupil matanya.
"Achera dimana, Mom?" tanyanya lirih pada sosok Clarissa di sebelahnya.
Clarissa tersenyum teduh. Bukannya mengkhawatirkan dirinya sendiri, Vega justru lebih memikirkan keadaan Achera.
Clarissa menggeleng pelan, senyumannya masih belum luntur. "Achera baik-baik aja." Vega yang sudah membuka mata membuat beban di hatinya berkurang.
Melihat anaknya terlempar dan menubruk batang pohon begitu keras membuat jantungnya serasa berhenti berdetak satu detik.
Memandang bagaimana banyaknya darah yang merembes keluar dari tubuh buah hatinya. Mengingat hal itu, hati Clarissa teriris.
Tangannya mengelus dahi Vega yang tertutup oleh rambutnya dengan sayang, hingga Vega kembali tertidur.
Clarissa mengotak-atik tasnya dan mengambil ponselnya saat mendengar dering telepon.
"Kenapa?"
"Kami dikepung. Tolong cari tau dalang dari semua ini. Akan aku kirim petunjuknya nanti. Tolong segera, Achera dalam bahaya. Jang— AKH SIAL!!"
Belum sempat Clarissa menanggapi, sambungan telepon itu sudah terlebih dahulu diputus oleh lawan bicaranya, Vincent.
Teriakan di akhir tadi membuat Clarissa cemas. Dengan buru-buru, Clarissa meraih tasnya dan pergi keluar dengan berlari menuju kediamannya.
Mustahil untuknya meretas data di rumah sakit, membawa laptop pun tidak.
Masa bodoh dengan umpatan yang Clarissa dapatkan saat menyelip banyak kendaraan di jalan raya. Prioritas utama Clarissa adalah mencari tahu mengenai petunjuk yang dikirimkan oleh Vincent.
Sampai di ruangan pribadinya, Clarissa membuang tasnya dan langsung membuka laptopnya.
Mengambil nafas dalam-dalam sebelum mulai mencari tahu mengenai petunjuk itu.
┌|o^▽^o|┘♪
Achera terus berlari menghindari seluruh peluru dari bawahan musuhnya.
"Sebenarnya apa motif mu, Visha!?" Achera berteriak di sela-sela gerakannya menepis peluru.
Benar, orang yang ada di belakang Achera adalah Visha. Tidak hanya sendirian, Visha turut membawa banyak bawahan.
Sesuai rencana awal, Veronica tidak akan membantu Achera kecuali di saat-saat Achera tertekan atau kesulitan.
Untuk menghadapi banyak bawahan musuhnya seperti ini, Achera masih mampu. Terlebih lagi, Damian, dan kedua temannya turut membantu.
"Motif ku? Khehe, tidak ada. Aku hanya menuruti perintahnya. Dan untukmu, kau harus mati!" Visha menyeletuk.
Visha menodongkan sniper nya dan menfokuskan titik tembaknya tepat ke kepala Achera.
Namun, tentu tidak semudah itu membidik mantan pembunuh bayaran. Achera terus berlari zig-zag sambil sesekali mendorong tubuhnya dengan tumpuan dinding toko agar ia bisa melambung tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Antagonist's
FantasyAngin malam berbisik lembut. Mengalun, membuat daun-daun menari dengan teratur. Gelap, tetapi indah. Malam ini, malam di mana Sang Malaikat Maut Cantik akan mengambil satu nyawa. Elleonore, auranya bak dewi kegelapan. Rambutnya hitam legam. Mata taj...