Typo? Manusiawi
"Apakah sebuah kesungguhan bahwa takdir dapat dirayu?"
Vote itu bentuk apresiasi 🌻
Sedari tadi, Bumi memandangi gadis di depan nya itu hanya mengaduk-aduk bubur ayam Pak Umang tanpa memakan nya.
Bumi mendaratkan punggung tangannya untuk menyentuh kening Shena, membuat sang empu sedikit tersentak kaget.
"Lagi mikirin apa?" tanya Bumi. Shena tersenyum kemudian menggeleng pelan.
Damar yang melihat interaksi keduanya pun mendekat untuk membisikkan sesuatu. "Lo tau? Barusan yang dilakukan Shena itu adalah kebohongan paling umum," ucapnya.
Bumi menghentikan makan nya, kemudian menatap kekasih nya itu. "Ada yang mau diomongin?"
Shena melirik ke arah Damar yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mempersilahkan mereka untuk pergi bicara empat mata. Setelah itu, Shena mengangguk dan mengajak Bumi menjauh.
"Apa yang menganggu pikiran kamu?" tanya Bumi sesampainya mereka di lapangan basket in door yang kebetulan sepi. Keduanya duduk bersandingan di tribun untuk membicarakan hal yang entah apa itu.
"Gibran." Bumi memincingkan sebelah alisnya.
"Gibran??" beo laki-laki itu. Shena mengangguk, entah keputusan nya ini baik atau tidak menceritakan semuanya pada Bumi.
"Dia gangguin kamu lagi?" gadis itu menggeleng kemudian berkata, "Dia minta tolong sama aku." ujarnya.
Dari situ, Shena menceritakan semua tentang Gibran pada Bumi. Dapat Shena lihat sepanjang ia bercerita, laki-laki itu menahan kuat emosi nya.
"Fuck! Mana bisa gitu Shen, terus kamu mau tolongin dia? Kamu gak mikir perasaan ku Shen?" ucap Bumi dengan emosi yang tak bisa ia tahan lagi. Shena bangkit kemudian menggenggam tangan sang empu.
"Bum. Bukan Gibran, tapi Semesta. Setidaknya keinginannya sebelum meninggal terpenuhi." Bumi tidak bisa menerima pernyataan gadis itu. Entah dimana ia meninggalkan akalnya.
"Terus kenapa bukan Gibran sendiri yang minta izin ke aku? Shen, ini pasti cuman akal-akalan dia buat ngerebut kamu dari aku!"
"Bumi cukup! Stop mikir buruk tentang aku, aku udah jujur sama kamu, niat aku cuman mau ngabulin permintaan terakhir Semesta. Lagi pula, ini cuman drama, gak beneran." ucap Shena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENI PROSAIS (TERBIT)
Romance[⚠️] Seni prosais yang dimaksud bukanlah rangkaian puisi indah yang melontarkan prosa dengan makna hiperbola. Melainkan seni yang menorehkan picisan disetiap kata nya. Prosais berkisah tentang bentala yang merindukan hujan. Bentala sempat membenci k...