Kemana Takdir Ini Berjalan

77 46 19
                                    

Typo? Manusiawi

"Lagi males ngerangkai diksi."

Vote cuy, gratis anjay🌻

Shena sudah siap dengan dress santai bewarna putih tulang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena sudah siap dengan dress santai bewarna putih tulang itu. Tak lupa dengan cardigan rajut  bewarna coklat yang melengkapi style nya. Gadis itu berniat untuk menemui Semesta seperti janjinya dulu. Di depan, Gibran sudah menunggu dengan bersandar pada mobilnya.

Shena tersenyum ke arah laki-laki yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Gibran dan diangguki oleh gadis itu.

Mereka pun masuk dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Perjalanan itu memakan waktu hampir tiga puluh menit lamanya, kini mobil Gibran perlahan memasuki parkiran rumah sakit. Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, keduanya masuk dengan langkah tergesa-gesa.

"Di mana?" tanya Shena dengan nafas naik turun.

"Di sini Shen" Gibran menggandeng tangan gadis itu menuju ruang aster tempat Semesta di rawat. Semesta dipindahkan dari ruang sebelumnya ke ruangan aster sebelum melakukan operasi yang kesekian kalinya.

"Dokter, saya bisa bertemu pasien sebentar?" tanya Gibran memohon pada dokter yang akan menangani Semesta.

"Waktu kalian hanya hanya lima belas menit, pasien harus segera mendapat tindakan." keduanya mengangguk kemudian masuk. Semesta berbaring dengan beberapa alat medis menempel pada tubuhnya. Gadis itu masih sadar, dan memang menunggu kedatangan Shena dan Gibran.

Gadis kecil itu tersenyum melihat kedua manusia itu berjalan mendekat.

"Hai Kak Shena," sapa Semesta dengan suara seraknya. Shena tersenyum dan mengusap puncak kepala gadis itu.

"Kak Shena udah jadian ya sama Kak Gibran? Semesta seneng banget dengernya." ujar gadis itu. Shena menatap Gibran, kemudian laki-laki itu mengisyaratkan untuk meng-iyakan saja. Shena pun mengangguk masih dengan senyumnya.

"Iya, setelah ini Semesta harus sembuh ya .. jangan sakit lagi" ujar Shena.

"Semesta tidak bisa berjanji, Semesta sakit Kak .. Semesta gak mau lagi merepotkan Ibu dan Kak Gibran." ungkap gadis itu.

"Semesta," panggil Gibran seakan tak terima dengan pernyataan adiknya tadi.

"Semesta, gak boleh gitu ya .. Kakak janji, setelah Semesta sembuh Kakak akan beri kamu semua novel karangan Kakak yang bahkan tidak dijual dimana pun." ujar Shena. Gadis itu hanya terkekeh, kemudian berkata.

SENI PROSAIS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang