Bentala dan hujan

43 26 10
                                    

Typo? Manusiawi

"Pada akhirnya, aku hanya mengagumi bintang yang tak pernah bisa kugapai."

Tau kan fungsinya ikon bintang dibawah?

Laki-laki itu tengah menatap langit hitam tanpa gemerlap cahaya bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu tengah menatap langit hitam tanpa gemerlap cahaya bintang. Sedari tadi, ia terus menggosokkan kedua telapak tangannya karena cuaca saat itu sedang berangin. Dari belakang, datang Shena yang membawa secangkir coklat panas untuk Bumi.

"Nih!" gadis itu menyodorkan cangkir itu pada sang empu. Begitupun dengan Bumi yang menerimanya tanpa ragu.

Setelahnya, tak ada percakapan apapun. Shena masih bergeming di samping laki-laki itu. Begitupun Bumi yang sedikit gugup untuk memulai percakapan.

Shena saat itu hanya mengenakan kardigan tipis untuk menutupi lengannya. Ia bersedekap dada untuk menghangatkan jari-jarinya. Bumi menoleh kearah gadis itu, mengamati anak rambut yang mengusik wajahnya karena terpaan angin.

Bumi meletakkan cangkir coklat itu diatas meja. Melepas jaket tebal miliknya, menyisahkan kaos polos yang menutupi badannya. Bumi memberikan jaketnya pada gadis itu, kemudian mendekap tubuh Shena dari belakang.

"Apa ini cukup untuk menghangatkan tubuhmu?" ucap Bumi lembut. Sekekita bulu kudu Shena berdiri, ia sudah lama tidak berada sedekat ini dengan laki-laki ini. Tubuh gadis itu menegang, detak jantungnya terpompa lebih cepat.

"B-bumi," cicit Shena. Laki-laki itu melepas pelukannya dan menatap netra gadis itu lekat.

Tanpa aba-aba, Bumi mendaratkan kecupan singkat pada bibir ranum gadis itu. Setelahnya, Bumi tersenyum menang. Shena langsung menundukkan kepalanya, berniat menyembunyikan rona merah yang menghiasi kedua pipinya.

"Kenapa nunduk? Apa kamu berniat menyembunyikan wajah cantik itu dariku?" goda Bumi.

"Hentikan, jika tidak aku akan memelukmu." gumam Shena yang masih bisa didengar oleh laki-laki itu. Bumi sekuat tenaga menahan senyumnya.

"Mau lagi?" tawar Bumi membuat Shena langsung ngecir memeluk sang empu. Gadis itu menyembunyikan wajahnya dalam dada bidang Bumi. Sungguh, wajahnya memanas karena salah tingkah. Bumi terkekeh kemudian membalas pelukan gadis nya.

"Kamu masih sama ternyata," ucap Bumi membuat Shena makin menenggelamkan wajahnya.

Mengingat sesuatu, Shena langsung melepas kasar pelukannya. Bumi menunjukkan raut bertanya, kenapa gadis itu tiba-tiba menghindar darinya.

"Ini tidak boleh," cicit Shena. Gadis itu melepas kembali jaket milik Bumi kemudian mengembalikannya pada sang empu. Sebelum benar-benar beranjak pergi, Bumi lebih dulu menghentikan langkah gadis itu.

SENI PROSAIS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang