Hidup dalam Botol Kaca

179 113 8
                                    

Typo? Manusiawi

"Mimpi buruk adalah ketika kau menemukan dirimu berada ditengah kenyataan yang tidak menyediakan tempat untukmu bersembunyi dan melarikan diri"

Happy reading


2

bulan berlalu

Shena yang baru pulang sekolah langsung merebahkan dirinya diatas kasur king size nya. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya yang kosong. Tak lama dari itu, Feli adiknya masuk dengan raut wajah murungnya. Shena bangun dan melihat adiknya keheranan.

"Kenapa Fel?"

"Feli gak mau pergi," gadis kecil itu menunduk kemudian menangis. Shena tersenyum singkat lalu mengusap puncak kepala adiknya ini.

"Fel, dulu Feli berangan-angan andaikan Feli punya ayah. Iya kan?"

"Tapi bukan seperti ini yang Feli inginkan kak, hiks hiks!"

"Fel, dengerin kakak. Dunia itu tidak semuanya tentang apa yang kamu mau, kamu harus belajar menerima jalan yang mungkin gak sesuai sama ekspektasi kamu,"

"Kamu harus ikut Mama sama Om Bram ya, jangan nakal, nanti kalau Feli udah gede, dan bisa kemana-mana sendiri, jangan lupa cari Kakak." Mendengar itu, tangis Feli makin kencang.

"Feli! Ayo! nanti kita ketinggalan pesawat." Teriak Nita dari bawah. Mendengar itu, Feli merengek pada Shena. Shena bersusah payah menahan sesuatu agar tak jatuh.

"Yuk! Kakak anterin ke bawah," Shena terus membujuk Feli agar mau turun menemui Mama dan Papa tirinya.

Yup, Nita dan Bram resmi menikah dan memutuskan untuk menetap di Kanada tanpa Shena.

"Kamu jaga diri baik-baik, Mama akan kontak kamu setiap akhir pekan untuk mengirimkan uang .." ujar Nita.

"Ma, gak perlu. Shena bisa cari uang sendiri disini," jelas Shena.

"Shena, kamu pikir cari uang itu gampang? Kamu fokus saja pada sekolah mu, supaya kamu bisa masuk di universitas terbaik." Shena yang mendengar itu hanya memejamkan matanya.

"Om, saya titip Mama saya, kalian hati-hati ya." Ujar Shena memaksakan senyumnya.

"Shena masuk dulu," pamit gadis itu meninggalkan ketiga orang itu yang juga akan pergi.

Aku, hanya milik raga ini. Jiwaku, sengaja ku buang agar menghadap pada embun. Tahta itu runtuh, seiring kaki menapak tinggalkan istana yang dibangun dengan segala keluh. -Sheyna Caspian Jora.

SENI PROSAIS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang