Jakarta dibawah Hujan

740 145 95
                                    

Typo? Manusiawi

"Kata orang, kita hanyalah sebatas kata yang sengaja dijeda oleh semesta."

Happy reading 

Jakarta hujan sore ini, gadis itu terus menatap langit dengan harapan agar langit memberinya kesempatan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta hujan sore ini, gadis itu terus menatap langit dengan harapan agar langit memberinya kesempatan untuk pulang. Gadis itu sesekali menendang angin dengan cibikan kesal.

Bruumm!

Mendengar deru dari mesin motor yang tak asing baginya, membuat seutas senyum terbit dari wajahnya. Gadis itu menoleh dan melihat terang lampu motor caferacer yang mendekat padanya.

"Naik!" titahnya sembari memberikan helmnya pada gadis itu.

"Lo gak bawa mantel apa? Hujan nih .." omel gadis itu.

"Gak! Udah naik buru, bisa leleh nih gue kena air," gerutu laki-laki itu.

"Yeuu, emang lo kertas." ucapnya kemudian bergegas naik dan meninggalkan halte bus itu.

Kebetulan, saat mereka sampai di depan rumah minimalis itu hujan perlaham berhenti.

Gadis itu turun dan memberikan helmnya pada laki-laki didepannya.

"Damar. Gue takut buat masuk," ucapnya kemudian menatap seluruh tubuhnya yang basah diikuti dengan laki-laki itu.

"Terus, lo mau ikut gue ke rumah gue? Ntar yang ada Tante Nita tambah marah sama lo," jelas Damar.

"Tapi Dam, gue bener-bener takut Mama marah sama gue. Apalagi masalah di sekolah tadi," lanjutnya seraya memilin jarinya sendiri.

Damar menghela nafasnya pelan, kemudian turun dari motornya.

"Ayo gue anterin lo masuk," tawar Damar membuat mata gadis itu seketika berbinar.

"Makasih Damar!" ucapnya antusias.

Mereka berjalan seiringan dengan seragam sekolah yang sudah basah kuyup.

"Shen, lo ngapain sih kaya gitu? Udah santai aja kali." ujar Damar ketika melihat gadis bernama Shena ini berjalan mengendap-endap.

"Pala lu santai. Lo sih, gatau rasanya jadi gue. jantung gue udah pindah ke lutut dari tadi," saut Shena membuat Damar makin mendengus kesal. Gadis ini sejak dulu tidak pernah berubah. Selalu membuat ulah.

Saat sampai didepan pintu, tangan Shena berkeringat dingin. Dirinya ragu untuk meraih handle pintunya.

"Dam. Apa kita manjat aja ya langsung ke kamar gue?" tanya Shena. Damar melihat ukuran tubuh gadis itu dari atas sampai bawah. Shena yang merasa terintimidasi langsung menutupi badan nya dengan kedua tangannya.

SENI PROSAIS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang