Typo? Manusiawi
"Aku memohon pada semesta, agar tak menjauhkan mu dariku untuk yang kesekian kali."
Vote nya jangan lupa🌻
Bruumm!!
Deru mesin mobil itu terdengar memasuki perkarangan rumah megah milik Samudra. Bumi melihat rumah itu nampak sepi. Bumi masuk dan bertemu dengan Damar yang bersantai di sofa ruang tamu.
Bumi celingukan seperti mencari seseorang. Damar tersenyum jahil saat mengetahui kedatangan Bumi.
"Widiiihh .. tumben lo kesini?" ucap Damar dengan nada menggoda.
"Sam kemana?"
"Lo nyari Samudra atau cari yang lain?" ucap Damar membuat Bumi berdecak sebal.
"Ck! Rese lo." Damar tertawa melihat wajah sahabatnya ini merah padam. Tak lama dari itu Samudra turun dengan setelan santai nya.
Malam itu, jam menunjukkan pukul sebelas malam, dan Bumi baru sampai di rumah Samudra. Melihat kehadiran Bumi, Samudra berkata.
"Lo sama Shena ibarat ikan sama kucing, tau dari mana kalau dia di sini?" tanya Samudra."Gue tau dari Tante Sarah, dimana dia?" tanya Bumi.
"Dia baru aja tidur noh sama Asta, udah .. besok aja, Shena lagi gak enak badan, biarin dia istirahat." Ujar Samudra.
"Jh! Sam .. lo tau kagak? Waktu itu, ada yang bilang "gue gak peduli." ehh .. sekarang dia nyariin." Ucap Damar. Keduanya tertawa kecuali Bumi yang menahan malu juga marah akibat kedua manusia tengil ini.
"Lo berdua bisa diem gak? Gue mau pulang aja dah," ujar Bumi seraya beranjak dari duduknya, namun dihentikan oleh Samudra.
"Etdah .. ngambekan lo kaya perawan," mendengar itu, Bumi menjatuhi Samudra dengan pelototan tajamnya. Samudra langsung kicep, berbeda dengan Damar yang menahan sakit pada perutnya karena tertawa.
Sesekali Bumi melihat ke lantai atas berharap Shena muncul dari sana. Namun, hal itu berhasil dipergoki oleh Damar.
"Udah kali Bum, dia gak akan kemana-mana .. gue tau lo kangen dia, mau peluk, mau cium, mau manja-manja ya kaaan??" goda Damar. Bumi melempar laki-laki itu dengan sebiji kacang karena kesal.
"Sekali lagi lo kaya gitu .. gue gotong tuh TV, gue buang ke kolam!" ancam Bumi membuat Damar terkekeh ringan.
"Bahaya banget lawan macan birahi." gumam Damar. Samudra kala itu sudah tertidur pulas menyisahkan Bumi dan Damar yang asik menonton film thriller.
_______________________
Malam berganti shift dengan pagi. Gadis ini terusik oleh cahaya mentari yang masuk lewat celah gorden kamarnya. Shena memaksa bangun meski rasa pusing memenuhi kepalanya. Ia melihat Asta masih tidur di sampingnya. Shena pun memutuskan mandi dan bersiap untuk membuat sarapan.
Saat berjalan ke arah dapur, Shena tak sengaja melihat Bumi yang tidur dalam posisi duduk di sofa ruang tengah itu.
Shena menautkan alisnya dan berjalan mendekat. Gadis itu mengamati wajah Bumi dengan seksama. Laki-laki ini nampak sangat tampan meski dalam tidurnya. Shena menggerakkan tangannya untuk membenahi rambut laki-laki itu.
Shena tersentak saat tangan Bumi bergerak mencekal pergelangan tangannya. Ingin rasanya Shena pergi dari sini sebelum sang empu membuka matanya. Tapi apalah daya, cengkraman tangan Bumi begitu kuat pada pergelangan tangannya.
Laki-laki itu masih setia menutup matanya, Shena bergerak perlahan untuk melepas tautan tangannya dengan Bumi. Namun, belum juga terlepas, Bumi lebih dulu menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Bumi melanjutkan tidurnya sembari memeluk gadis yang tubuhnya membeku ditempat. Ritme jantung Shena kala itu terpompa lebih cepat, Bumi juga sebenarnya. Tetapi, laki-laki itu memilih untuk menggunakan kesempatan ini.
Damar dan Samudra yang waktu itu baru kembali dari kamar mandi tak sengaja melihat kebersamaan mereka. Samudra membola kemudian menepuk kasar pundak Damar untuk memberi kode pada sang empu.
"Dam, lihat!" Damar menoleh dan terkejut bukan main.
"Masih pagi loh iniii!" sindir Damar membuat Shena kelabakan. Gadis itu ingin sekali melepaskan diri dari laki-laki yang mengukungnya ini tetapi, Bumi tak membiarkan Shena lepas dari pelukannya.
Gadis ini hanya bisa menghela nafas panjang, dan membiarkan Bumi melakukan apa yang dia inginkan.
"Tidur seperti ini akan membuat tubuh mu sakit," ucap Shena.
"Hm, aku tau .. tidur seperti ini memang tidak membuat ku nyaman, kecuali sambil memeluk mu." Timpal Bumi.
"Biarkan seperti ini sebentar, aku merindukan hal ini sejak lama." Jelas Bumi masih dengan mata yang tertutup.
_____________________
Samudra dan Damar menghela nafas jengah, melihat Bumi terus mengikuti Shena kemanapun dia pergi.
"Bum! Lo gak bisa apa, duduk tenang gitu? Shena gak bakal kemana-mana bjir lah," ucap Samudra dan disetujui oleh Damar.
Bagaimana mereka tidak jengah, Bumi selalu memperhatikan pergerakan gadisnya itu setiap inci. Seolah tak mengizinkan Shena menghilang sedetikpun dari pandangannya.
"Susah kalau ngomong sama bulol mah," sahut Damar.
Karena kesal, Samudra yang tadinya asyik menonton serial drama di TV langsung bangkit dan menarik Bumi agar duduk diam bersama mereka.
"Lo lihat? Itu dapur .. kita di sini, Shena sama Asta. Lo jangan ngintilin mulu kaya malaikat." Kata Samudra dengan nada kesal.
"Sam, lo harus revisi kalimat lo tadi .. Bumi terlalu baik buat jadi malaikat seperti yang lo bilang," kekeh Damar bersama Samudra.
"Rese lo pada," pungkas Bumi seraya melempar sebiji kacang pada sang pelaku.
"Lagian, lo jangan clingy jadi cowo .. entar Shena risih sama lo" jelas Samudra.
"Dia gak akan risih kalau sayang sama gue," timpal Bumi santai.
Counter semua orang adalah Bumi. Jika Bumi sudah mengeluarkan kata-kata nya, mereka tidak akan bisa menimpali lagi.
"Shen, muka lo pucet banget .. lo pusing?" bisik Asta. Shena masih mencoba untuk tersenyum meski yang ia rasakan saat ini adalah pusing yang luar biasa.
"Jangan paksain, mending gue yang lanjutin masak nya." Putus Asta.
"Gue gak pa-pa As,"
"Ck! Lo mau mereka curiga? Udah, dari pada terjadi hal yang tidak diinginkan .. mending lo duduk sana!" titah Asta.
"Oh ya Shen, lo jangan panggil gue As dong .. berasa kartu remi gue." Ucap Asta membuat Shena ingin sekali tertawa. Tetapi ia hanya bisa terkekeh karena kondisinya yang lemas.
______________________
Hmmmzz mendekati part 30 nich
Uhuyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
SENI PROSAIS (TERBIT)
Romance[⚠️] Seni prosais yang dimaksud bukanlah rangkaian puisi indah yang melontarkan prosa dengan makna hiperbola. Melainkan seni yang menorehkan picisan disetiap kata nya. Prosais berkisah tentang bentala yang merindukan hujan. Bentala sempat membenci k...