19. Kenyataan Yang Pahit

218 8 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Banyak orang yang mengatakan: mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya yang sangat menyiksa itu adalah: mencintai orang yang tidak mencintaimu."
~Imam As-Syafi'i

**********

"Nduk, Coba kamu pilihkan, Abaya mana yang bagus?"ujar Umi. Sedangkan Zahra, ia mengerutkan keningnya.

Kini Zahra tengah menemani Umi untuk berbelanja di Mall.

"Abaya? Untuk Siapa Um?"tanya Zahra yang sudah terheran-heran.

"Iya Abaya, untuk Sifa nduk!"Ucap Umi yang sedang Memilih-milih Abaya.

Deg

Apa Maksudnya ini? Abaya untuk Sifa? Apakah Umi ingin memberikan Hadiah pada Sifa? Atau jangan-jangan...

Begitu Banyak pertanyaan yang bercabang di otaknya. Entah mengapa, ada Rasa Sesak yang hinggap di dadanya kala mendengar Nama Sifa yang terlontar begitu saja dari Mulut Umi.

"Apa Maksud Umi? Apa Ning Sifa Ulang tahun? Maka dari itu Umi memberinya Abaya sebagai Hadiah? Ah entah lah, mungkin saja benar Ning Sifa Sedang Ulang tahun" batin Zahra bertanya-tanya, tetapi ia tetap Positif Thinking, siapa tau Batinnya itu benar.

"Nduk?"panggil Umi yang berhasil Membuyarkan Lamunan Zahra.

"Eh, iya Um? Ada apa?"

"Menurut kamu, bagus yang Hitam Atau yang Putih?"tanya Umi sembari memperlihatkan Dua Abaya berwarna Putih Dan Hitam.

"Eum, menurut Zahra sih Bagus yang Putih Um, Tapi itu Terserah Umi saja, kan Umi yang akan memberikan nya Pada Ning Sifa?"Ucapnya.

"Hm, memang bagus yang putih, Umi pilih yang Putih saja lah"ujarnya Lalu mengambil Abaya Putih Lalu mengembalikan Abaya Hitam ketempat semulanya.

"Sebenarnya Umi hanya membantu membelikan dan Memilih Abaya Nya saja, Sedangkan Jika Uang untuk membeli Abaya ini, serta Untuk memberikan Abaya ini pada Sifa itu Bukan Umi"terang Umi, membuat Zahra merasa dibuat Heran kembali.

"Jika Bukan Umi, lalu siapa Um?"tanya Zahra.

Umi Tersenyum mendengar pertanyaan dari Zahra, Lalu Umi mengelus lembut kepala Zahra.

"Zay"

Deg

Sesak! Itu yang Zahra rasakan, Hanya tiga Huruf Saja Mampu membuat ia begitu sulit untuk menghirup Udara, Rasanya seperti tidak ada Udara di Mall yang begitu besar ini.

"Zay yang Membelikan Semua Ini, dan Zay juga yang akan Memberikan nya pada Sifa"timpal Umi.

"Apa maksudnya? Kenapa Gus Zayan yang membelikan serta memberikan? Apa ini?"batin Zahra.

Rasanya Zahra ingin menangis, Ia ingin mengadu pada Tuhan, apa yang terjadi? Mengapa begitu sesak saat mendengar kenyataan? Apakah ini yang dinamakan Takdir?.

"Se-semua i-ini? Maksud nya apa Um?"tanya Zahra sedikit terbata-bata, Rasanya Tenggorokannya seperti sedang Dicekik kuat oleh seseorang.

Umi Tersenyum, Menatap nanar pada Zahra, ada sedikit rasa tidak terima dengan apa Yang anaknya ajukan, Umi sedikit tidak terima dengan Keputusan Gus Zayan, tetapi Umi tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakannya.

"Iya Nduk, Rencananya Umi, Abi, Zay dan Hana ingin pergi ke rumah Sifa"

"Untuk Apa Um? Eh, Maaf Umi jika Zahra sudah lancang bertanya Seperti itu"ujar Zahra merasa bersalah, harusnya ia tidak Perlu ikut Campur dalam Urusan Orang Lain.

ZAYRA: Antara Rasa Dan Cinta[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang