Hallo everyone, balik lagi sama boo💋
Spam next untuk chapter selanjutnya yaaa🏴☠️
Drum-drum besar yang dipotong menghiasi sisi lintasan balapan. Drum tersebut diisi balok kayu yang dibakar hingga tercipta kobaran api yang cukup besar—menjadi penerang lintasan aspal hitam yang sering menjadi tempat untuk beradu kecepatan roda empat tersebut
Jalanan barat daya memang jauh dari pemukiman, gelap serta jarang dilintasi kendaraan karena berada di pinggiran kota mendekati pantai.
Suara lagu bass tinggi yang berasal dari sound syistem di pos panitia menjadikan suasana malam semakin hidup. Belum lagi suara mesin kendaraan mulai berdatangan mengisi lahan parkir di pinggiran pos serta lintasan.
Balapan ilegal itu diikuti sebagian kaum laki-laki. Tak jarang ada kaum perempuan juga. Taruhan mereka tidak lebih dari uang dengan nominal yang menggiurkan bagi pemenangnya. Tak hanya itu, mobil serta harta lainnya sering dijadikan bahan taruhan.
Di pinggir lintasan, kelima laki-laki terlihat mendekati pos panitia. Beberapa balapan sudah dilakukan sepuluh menit yang lalu sebelum kedatangan mereka.
Euforia malam menyambut telinga Heksa. Iris hitam pekat itu mengedar—mencari objek yang menjadi alasan dirinya datang ke lintasan malam ini.
"Lo mau taruhan apa?" bisik Jagat ketika mereka sampai di pos panitia.
Heksa memusatkan perhatiannya pada sang sahabat yang menenteng tas hitam kecil. Siapa yang tahu, jika di dalam tas itu berisi uang tunai bernilai besar. Bahkan uang tersebut baru saja ia tarik tunai sebelum datang ke sana.
"Berapa jumlah maksimalnya?" tanya Heksa pada laki-laki berkalung yang duduk di balik meja panitia.
"Minimal satu juta," jawab laki-laki tersebut.
Heksa meminta Jagat untuk mengeluarkan uangnya dari dalam tas. Setelah itu, Heksa mengambil lima ikat uang, lalu disodorkan ke meja panitia.
"Gue bertaruh lima juta, tapi lawan gue harus Teresa," ucapnya.
Raut wajah laki-laki itu berubah bingung. Membuat Heksa penasaran dengan respon yang ditujukan padanya.
"Teresa?" tanya laki-laki itu.
"Iya, cewek yang punya mobil merah dengan stiker api di seluruh body mobilnya. Masa lo nggak tahu?" imbuh Jagat.
"Hot juga ceweknya," tambah Bastian yang dihadiahi jitakan keras oleh Diaz di kepalanya.
"Oh, cewek itu yang lo maksud?"
Telunjuk laki-laki itu mengarah pada seberang lintasan dimana seorang gadis sedang duduk di atas kap mobil.
"Setahu gue namanya bukan Teresa," ucap laki-laki itu.
"Dia pake nama samaran?" tebak Jagat.
"Enggak juga. Udah lama dia dipanggil Tere kalo di sini. Dia kan adiknya bang Natha," jawabnya.
" Tuh, bang Natha yang pake slayer kain merah di kepalanya."
Heksa memusatkan atensinya pada sosok laki-laki yang terlihat dewasa menghampiri Teresa dengan melemparkan kunci mobil. Gadis dengan celana panjang hitam serta jaket senada mengambil topi yang Natha sodorkan lalu memakainya.
"Tere jago balapannya. Dia selalu menang taruhan. Lo yakin mau nantang dia?"
Pertanyaan itu berhasil menyentil ego seorang Heksa. Ia menambahkan tiga ikat uang lagi ke meja panitia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERESA [SELESAI]
Любовные романы𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Young adult - Romance⚠️ Pemberani. Keras kepala. Angkuh. Tiga kata yang menggambarkan karakter dari seorang gadis yang duduk di bangku sekolah tingkah akhir. Teresa. Gadis misterius pemilik iris hitam yang hidupnya se...