BAB 7 : FISIOGNOMI

5.7K 215 2
                                    

HAPPY READING ❤️

️🏴‍☠️

Setelah pulang bersama dengan Teresa di malam itu, Heksa tak pernah lagi melihat kemunculan sosok gadis dengan wajah angkuh serta datar tersebut.

Sudah hampir tiga hari, di sekolah dirinya tak pernah bertatap wajah. Entah Teresa yang sulit ditemui karena jarak kelas mereka berjauhan atau gadis itu mencoba menghindarinya.

Sebenarnya tidak ada obrolan selain ucapan terima kasih ketika Teresa meminta turun di depan sebuah toko yang tutup di malam itu. Meskipun, Heksa bersikeras mengantar sampai rumah, gadis tersebut tetap menolak.

Heksa khawatir sebagai sesama manusia. Ia takut jika terjadi sesuatu pada gadis tersebut. Mengingat dirinya juga memiliki kakak perempuan yang sering mengkhawatirkan kondisi kakaknya jika pulang kerja larut malam.

Ia juga menghubungi Zahra untuk menanyakan apakah Zelcoration ada booking acara atau hal lainnya. Namun, Zahra mengatakan jika Zelcoration tidak menerima booking acara. Lalu, kemana perginya Teresa.

Tiga hari belakangan ini Heksa selalu memikirkannya. Ia khawatir? Tentu, karena dirinya sempat mengantarkan Teresa.

"Bengong terus lo," ujar Jagat melempar kulit kacang pada Heksa. Laki-laki tersebut langsung berdecak kesal dan melempar kulit kacang di atas meja.

"Ketahuan banget lagi mikirin seseorang," ledek Bastian.

"Siapa lagi kalo bukan sweety hunny bunny, Chloe," imbuh Jagat dengan nada centilnya.

Ah, mendengar nama pacarnya membuat Heksa sedikit bersalah. Ia malah memikirkan perempuan lain, daripada pacarnya sendiri. Bicara soal Chloe, pacarnya masih sibuk dengan kegiatan pertukaran pelajar di Australia.

Akhir tahun, gadis bule itu akan pulang. Mengingatnya saja membuat Heksa semakin merindukan sang kekasih.

Baru satu tahun pacaran, keduanya melakukan long distance relationship selama tujuh bulan. Bahkan ketika kondisinya saat itu kritis, Chloe tidak ada di sampingnya. Hanya via online keduanya saling bertukar kabar dan menyalurkan kerinduan.

"Tapi kayaknya bukan Chloe," sahut Diaz.

Laki-laki itu menutup bukunya, lalu meminum soda kalengnya. Heksa mengabaikan tebakan sahabatnya itu. Ia lupa jika Diaz bisa membaca ekspresi orang lain.

"Who?" tanya Bastian penasaran.

"Someone. Right, Sa?"

Heksa berdecak malas. Ia hanya terdiam saja. Karena berbohong pun tidak berguna. Mereka semua tahu jika laki-laki pembaca ekspresi itu tidak pernah meleset dalam menilai lawannya.

"Jangan jadi buaya kayak Jagat. Kasihan Chloe kalo lo selingkuh. Gue aja ngedeketin dia susah payah, lo malah mau main gila setelah pacaran sama dia."

Merasa namanya disebut, Jagat tentu tidak terima.

"Gue buaya normal. Daripada lo otak mesum. Wajar aja Chloe milih Heksa, soalnya dia nggak suka cowok mesum," sembur Jagat pada Bastian.

"Gue memang mesum. Kayak lo nggak pernah mesum aja." Bastian dengan banyak sanggahan.

Keduanya jika tidak dipisahkan maka akan terus saling melempar ejekan. Sudah pasti ujung-ujungnya mereka marahan bahkan pernah saling mendiami selama seminggu. Persahabatan mereka layaknya ikatan anak kecil saja. Heksa sampai pusing dibuatnya.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang