BAB 14 : MEANINGFUL HUGS

4.6K 167 2
                                    

Happy reading everyone🖤
Spam komentar yaps!! Thank you :)

🏴‍☠️

Mengambil pekerjaan paruh waktu tidak mudah untuk remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Selain sulitnya lowongan pekerjaan, statusnya sebagai pelajar pun menjadi tolak ukur untuk bisa memperkerjakan dirinya.

Bermodalkan kartu tanda pengenal, Teresa bisa bekerja di sebuah kafe yang buka dari jam empat sore hingga sebelas malam. Hanya itulah pekerjaan aman yang bisa dirinya lakukan setelah magang di warteg yang harus berakhir karena difitnah teman kerja.

Teresa tidak terkejut mengetahuinya.

Meskipun gaji di kafe tidak besar, tetapi setidaknya bisa membantu biaya hidup Teresa. Sebelum nantinya Natha kembali mendapatkan tempat lintasan dan menyiapkan mobil baru untuknya. Karena uang dari sanalah yang cukup besar sehingga menjamin hidup Teresa tiga bulan berikutnya.

Dulu, dirinya tidak memikirkan hari esok membayar uang sekolah darimana, biaya kontrakan setiap bulan serta tagihan lainnya. Namun, kini keadaan sudah berbeda. Setiap memejamkan mata, Teresa langsung dihujani masalah dalam hidupnya yang ia pun belum tahu jalan keluarnya.

Untung saja, di saat ekonominya merosot, Teresa akan segera lulus dalam hitungan bulan. Setelah itu, ia akan mencari pekerjaan yang jauh lebih baik lagi.

Menghela napas panjang, kantong plastik hitam dengan jumlah yang banyak Teresa taruh di dekat tong sampah beberapa meter dari kafe bekerjanya.

Jarum jam di tangannya menunjukkan angka dua belas. Sejak kafe ditutup, dirinya berkutat di dapur untuk membersihkan areanya. Sedangkan rekan kerjanya yang merupakan senior, mencuci peralatan makan dan minum. Agar besok tidak keteteran ketika membuka kafe.

Dan Teresa memilih membuang kantong sampah terakhir sembari berjalan pulang. Badannya sudah pegal-pegal, matanya mengantuk dan langit juga mulai menunjukkan sisi gelap dengan kilatan cahaya.

Hujan akan segera turun.

"Gue duluan, Re," pamit laki-laki bertopi yang sudah menaiki motor scoopy bewarna putih.

"Hati-hati, Ko," balasnya.

Niko melempar senyum tipis sebelum melakukan motornya. Di dalam tadi Niko sempat menawarkan pulang bersama, tetapi Teresa bersikukuh jika rumahnya lain arah.

Sebenarnya bukan itu inti alasannya. Teresa hanya tidak ingin orang yang baru dikenalnya mengetahui dimana dirinya tinggal. Ia sangat protektif terhadap hal apa pun yang menyangkut privasi.

Sepeninggalan Niko, dirinya berjalan ke lain arah untuk mencari angkutan umum. Jika nanti tak menemukan satu pun maka ia akan memesan ojek online saja. Ini demi keselamatan Teresa.

Apalagi media sosial sedang marak-maraknya memberitakan kasus remaja tewas dengan berbagai macam latar belakang. Sungguh, ia cukup ngeri membacanya. 

Teresa sesekali menoleh ke belakang. Takut jika ada orang asing mengikutinya. Jalanan juga tidak terlalu ramai, mengingat lokasi kafe bukan di pertengahan kota.

Lampu jalanan pun tidak semua menyala dengan baik. Ada yang temaram hingga mati total. Sehingga membuat suasana sedikit mengerikan.

Teresa suka kesunyian. Namun, kegelapan adalah musuh terberatnya.

Kaki yang terbalut sepatu putih tersebut melangkah cepat. Tidak jarang Teresa juga berlari. Ia berharap kendaraan umum ada yang melintas. Paling tidak menemukan kumpulan orang di pinggir jalan agar dirinya merasa aman walaupun sesaat.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang