BAB 17 : KIDNAPPING

3.9K 140 0
                                    

Thank you buat yang udah baca cerita TERESA 💋
Pantengin terus chapter terbarunya dan siap-siap untuk ending yang tak terduga😂

Story kali ini alurnya ringan banget. Jadi, jangan berharap lebih, yaa

SPAM NEXT YUK💋

🏴‍☠️

Sejak menjelang siang hari, langit memang sudah tidak bersahabat. Puncaknya pukul dua siang ketika bel pulang berbunyi, rintik air mulai berjatuhan ditemani tiupan angin sedikit kencang.

Badai datang begitu cepat tak bisa diprediksi. Hampir sebagian murid tertahan di sekolah. Menunggu badai yang mengamuk mereda sejenak.

Namun, tidak dengan Teresa. Ia sudah memeluk tas sekolahnya untuk bersiap menerobos rintikan air yang sudah deras. Bukan Teresa tidak bersabar sejenak, tetapi dirinya harus bekerja. Dirinya butuh persiapan, mengingat jarak antara rumah dan tempat kerjanya hampir satu jam.

Bila dirinya terjebak di sekolah dengan waktu yang lama, maka Teresa bisa terlambat masuk kerja.

Menarik napas panjang, Teresa berlari menerobos hujan membuat jaket dan seluruh seragamnya basah kuyup.

Sesampainya di depan pintu gerbang, Teresa dibuat terkejut dengan lima orang berbadan tegap dengan pakaian serba hitam sembari memakai payung berdiri tegap di seberang jalan.

Mobil van hitam di belakang tubuh mereka menjadi daya tarik Teresa. Mereka layaknya penjahat mafia yang hendak menculik seseorang.

Ia meneguk saliva saat salah satu dari mereka menunjuk ke arahnya. Teresa satu-satunya orang yang ada di sana. Tidak ingin berpikir buruk, dirinya memilih melanjutkan langkahnya untuk menuju halte sekolah.

Tubuhnya dingin. Bibirnya juga menggigil. Air hujan rasanya seperti air es. Sangat dingin.

Duduk di kursi halte, Teresa dibuat terkejut ketika tiga orang berbadan besar berjalan ke arahnya. Apalagi van hitam ikut di belakang mereka.

Mengambil ponsel yang berada di kantong tas anti air miliknya, tangannya bergetar saking dinginnya air hujan. Jika tahu akan berada di radar bahaya, maka dirinya tidak akan keluar sekolah lebih dulu.

Argh! Ponselnya kehabisan daya. Bersamaan dengan itu tangannya dicengkeram oleh lelaki kepala botak.

"Lepas!" marah Teresa. Suaranya terdengar bergetar. Selain karena melawan dingin, dirinya juga cukup takut.

Wajah mereka menyeramkan. Ia tidak terlambat untuk menyadari jika mereka adalah orang-orang berbahaya.

"Bawa dia!" ujar si botak.

Kedua orang tersebut langsung menyeret Teresa tanpa ampun. Meskipun dirinya terjatuh, mereka tetap menyeretnya.

"Lepas!" teriak Teresa. "Tolong! Tolong!"

Memberontak, pipinya ditampar keras hingga telinganya mendengung. Rasa panas menjalar membuat kedua iris hitamnya berkaca-kaca.

"Cepat seret dia! Sebelum ada yang melihatnya."

"Siapa kalian, hah?! Lepasin!"

Teresa terus memberontak meskipun pipinya ditampar berkali-kali. Demi Tuhan, dirinya tidak berdaya lagi. Pipinya panas, tubuhnya terasa sakit bahkan sudut bibir pun rasanya perih.

Saat ini hanya harapan Teresa pada semesta untuk membantunya. Ia tidak bisa lagi melawan karena tenaganya tidak sepadan dengan kedua orang yang menyeretnya tanpa belas kasih.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang