BAB 3 : REVENGE IS BAD

7.2K 243 4
                                    

HAPPY READING EVERYONE 🤗

🏴‍☠️

Dunia malam yang harusnya menjadi menyenangkan berubah kacau ketika sirine polisi dari semua sudut arah terdengar. Tidak hanya itu, motor polisi juga datang dari jalan-jalan sempit membuat semua penonton, pembalap bahkan yang taruhan lari kalang kabut menyelamatkan diri.

Sial.

Teresa memegang lengan kirinya yang terbentur dasboard mobil setelah menghindari drum api akibat senggolan yang Heksa lakukan.

Berdecak kesal, Teresa keluar dari dalam mobil sembari memegangi lengan. Ia bisa melihat dari posisinya banyak asap membumbung di ujung selatan—tepatnya di garis start.

Melihat cahaya yang mendekati posisinya, Teresa buru-buru berlari ke dalam hutan kecil di sebelah kirinya.

Sudah lama Teresa tak masuk ke dalam hutan itu, rasanya menakutkan ketika bayangan pohon-pohon besar menyambutnya.

Dirasa sudah lumayan jauh, Teresa duduk di balik pohon dengan napas tersengal-sengal. Melihat sekeliling yang gelap, gadis itu dibuat terkejut dengan ponselnya yang bergetar di kantong celananya.

"Shit!" umpatnya kecil.

Sebuah panggilan masuk dari Natha membuat jantung Teresa berdetak jauh lebih pelan dari sebelumnya.

"Tere, lo dimana?"

Suara Natha terdengar berbisik. Itu artinya posisinya sama-sama terjepit.

"Posisi yang aman," jawab Teresa sembari melihat sekitar. Takut jika ada hewan buas.

"Tetap di posisi lo, Re. Keadaan di sana kacau. Gue dan yang lainnya sembunyi di markas seberang lintasan. Mungkin dalam hitungan menit posisi gue akan ketahuan. Lo harus bawa mobil itu, jangan sampai ketangkap polisi."

Terlambat. Teresa rasa mobilnya susah dijamah oleh aparat yang entah datangnya darimana.

"Re, kok, lo diem aja?"

"Keadaan gue kacau, Bang. Polisi pasti mendapatkan mobil kita," jawabnya dengan sedih.

"Shit! Ini pasti gara-gara Heksa! Sebelumnya lintasan ini aman dan jauh dari endusan aparat."

Heksa? Apakah laki-laki itu dalang di balik kacaunya malam ini? Lantas untuk apa dia mengajak Teresa beradu balapan sampai membuatnya celaka jika ini hanya jebakannya.

Ketika ingin membahasa lebih panjang, telinganya mendengar sesuatu yang janggal.

"Kita bahas nanti, Bang. Gue tutup dulu."

Teresa kembali memasukkan ponselnya. Telinganya bisa mendengar suara ranting serta derap langkah yang berasal dari belakang pohon.

Menahan napas, Teresa merapatkan badannya ke badan pohon. Berharap posisinya tidak diketahui oleh siapa pun termasuk hewan buas.

"Teresa!" Suara kecil memanggilnya dengan berbisik.

Ia mengerutkan dahi ketika langkah kaki itu semakin mendekat-mematahkan ranting-ranting di sekitar pohon.

"Teresa! Ini gue Diaz."

Brandon Ardiaz. Lelaki yang sering dibilang kutu buku itu melangkahkan kakinya semakin mendekati posisi Teresa. Entah apa yang laki-laki itu lakukan sehingga menemukan posisi Teresa. Bisa menjadi masalah besar jika kepolisian juga mengetahui. Mungkin saja, Diaz juga bekerja sama dengan pihak aparat untuk menangkapnya.

Tidak ada yang tak mungkin jika Heksa sengaja membuat alibi bertaruh, tetapi sebenarnya dia merencanakan ini semua.

"Gue yakin dia ada di sekitar sini," ujar Diaz seorang diri.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang