Mohon diingat ini hanya fiksi wirrrrrr.
Jangan ditiru hal-hal buruknya
Selamat membaca semoga bahagia💋🏴☠️
Teresa tidak salah lihat. Postur tinggi, pakaian rumahan serta pemilik iris hitam pekat itu sedang berdiri beberapa langkah di hadapannya.
Mencengkeram tali tas di bahunya, Teresa melangkah cepat sembari menjinjing sepatu serta paper bag di kedua tangannya.
Ia mengabaikan saja laki-laki yang duduk di depan warung sembari berceloteh dengan remaja-remaja tongkrongan di sana. Entah apa yang dilakukan Heksa di lingkungan tempat tinggalnya. Namun, itu alarm bahaya jika Heksa menyadari Teresa tinggal di sana.
Sesampai di kontrakan miliknya yang paling ujung, Teresa segera memutar kunci pintu. Namun, suara seseorang membuatnya terkejut.
"Baru pulang, Sa?"
Sejak obrolan terakhir mereka, Teresa tidak lagi mendengar suara bahkan panggilan namanya dari orang yang paling ingin dihindarinya.
Mengabaikan orang di belakangnya, Teresa melanjutkan membuka pintu, lalu memasukkan semua barangnya ke dalam ketika pintu berhasil dibuka.
Ia terkejut ketika hendak mengambil paper bag makanannya yang sudah lebih dulu dibawa masuk oleh Heksa. Bahkan laki-laki itu nyelonong masuk dan duduk di sofa lusuhnya.
"Tinggal sendiri?" tanya Heksa meneliti seluruh isi kontrakannya.
Udara ruangan yang tidak luas ataupun sempit tersebut seketika menipis. Teresa tak pernah menerima tamu selain pemilik kontrakan. Itu saja hanya di teras tidak sampai masuk ke dalam. Namun, Heksa adalah orang pertama yang berhasil merusak benteng privasinya.
"Orang tua lo kemana?" tanya Heksa, lagi.
"Get out!" Bukan jawaban melainkan usiran yang Heksa dapatkan.
Sebenarnya, Heksa tak sengaja melihat Teresa ketika dirinya menoleh. Ia pikir gadis yang datang dengan langkah terburu-buru itu bukan Teresa, tetapi melihat sepatu yang tidak asing membuat ia meyakini jika orang tersebut Teresa. Dan dugaannya benar.
Heksa pun tidak menyangka bisa mengetahui bahkan masuk ke dalam kontrakan Teresa. Gadis angkuh yang nyaris tidak tersentuh.
Tidak ada niatan untuk Heksa menguntit Teresa. Namun, syaraf tubuhnya malah mengatakan hal lain. Pusat tubuhnya digerakkan begitu saja, mengikuti Teresa secara diam-diam.
Kontrakan gadis itu sangat jauh. Di ujung dan sepi. Heksa tak pernah menyangka jika Teresa hidup di lingkungan yang jauh dari hingar bingar kota.
"Wah, lo bawa makanan apa, nih?"
Mengabaikan Teresa yang masih memasang wajah jutek. Heksa membuka paper bag dan mengeluarkan tupperware plastik dari dalam sana. Terdapat tiga tupperware yang berisi nasi serta sayuran.
"Jangan sentuh itu." Ketika Teresa ingin merebutnya, Heksa menjauhkan lebih dulu.
"Gue laper, tadi di rumah makan sedikit."
"Nggak ada yang nanya."
"Gue kasih tahu." Heksa membuka tutup tupperware tersebut, tetapi Teresa berhasil merebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERESA [SELESAI]
Romance𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Young adult - Romance⚠️ Pemberani. Keras kepala. Angkuh. Tiga kata yang menggambarkan karakter dari seorang gadis yang duduk di bangku sekolah tingkah akhir. Teresa. Gadis misterius pemilik iris hitam yang hidupnya se...