BAB 13 : WORRY

4.8K 174 2
                                    

Plis ... Plis ... Plis
Ini hanya fiksi. Mohon bijak membacanya ya teman-teman🤗
Makasih yang udah baca cerita Teresa💋
Meskipun masih pelit vote dan komentar. Wkwk
Happy reading🖤

🏴‍☠️

Selingkuh, yuk.

Laki-laki sinting.

Beraninya dia mengajak Teresa berselingkuh. Dia pikir dirinya gadis macam apa yang semudah itu dijadikan selingkuhan. Apalagi oleh Heksa. Manusia yang dikenal tegas seantero sekolah.

Sudah satu Minggu berlalu, tetapi ucapan laki-laki tersebut masih terngiang di telinganya. Bahkan, saat keesokan harinya Teresa berusaha untuk tidak berpapasan ataupun bertemu dengan Heksa. Untung saja kelas mereka berjauhan sehingga Teresa tidak perlu bersusah payah untuk menghindari laki-laki tersebut.

Hari ini pun ketika istirahat, Teresa memilih duduk di taman seberang lapangan olahraga dengan buku di tangannya daripada pergi ke kantin. Tidak lupa earphone bewarna putih sudah terpasang di kedua telinga Teresa sejak meninggalkan kelas. Benda kecil itu merupakan hadiah dari Natha ketika nilai rapornya naik tahun lalu.

Semula kegiatan menyendirinya berjalan dengan baik, sebelum benda bulat memantul—mengenai lututnya dengan keras. Meringis pelan, Teresa menutup novel miliknya, lalu melepaskan earphone.

Iris hitamnya mengedar untuk bertemu dengan pelaku yang sudah melempar bola ke arahnya. Laki-laki yang dikenal playboy seantero sekolah melangkah ke posisinya, lalu memungut bola basket tersebut tanpa melirik ke arahnya sedikit pun. Kesialan dalam hidupnya akan segera dimulai kembali.

Jagat Nalendra.

Teresa membaca name tag yang tertera di seragam bagian dada sebelah kanan laki-laki tersebut. Salah satu sahabat Heksa.

Ia pun melempar pandangan ke arah lain, mencari sumbu dari api kekesalan yang baru saja tersulut.

Teresa menemukannya. Keempat laki-laki di pinggir lapangan basket sedang memandang ke arahnya. Sudah Teresa duga jika mereka tidak bisa dipisahkan. Saling terikat satu sama lain meskipun berbeda pendapat serta karakter yang saling bertolak belakang.

"Excuse me," ujar Teresa ketika Jagat berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apa pun.

Teresa pun mengejar Jagat yang tetap melangkah ke lapangan basket tanpa menggubris ucapannya.

Ia sebenarnya malas untuk berkomunikasi dengan Jagat, mengingat dirinya tidak akrab bahkan berkontak mata pun jarang. Namun, Teresa tidak bisa membiarkan Jagat pergi begitu saja setelah melakukan kesalahan.

Merentangkan kedua tangannya saat berhasil menyusul langkah Jagat, Teresa berdiri di hadapan laki-laki tersebut dengan jarak yang tidak begitu jauh.

Menaikkan sebelah alisnya, Jagat menatap tak suka pada Teresa.

"Lo tahu kata 'sorry'? Setidaknya ucapkan itu."

"For what?" tanya Jagat tak acuh.

Mengembuskan napas kesalnya, Teresa tidak tahu harus berkata apalagi. Jagat sepertinya tidak bodoh untuk mengartikan kalimatnya.

Hanya saja laki-laki tersebut sepertinya sengaja bersikap sinis padanya.

"Sekolah tapi nggak beretika," cibir Teresa dengan pelan.

Memilih menyudahi interaksi di antara keduanya yang sepertinya tidak akan berakhir baik, Teresa melangkah pergi. Namun, baru beberapa langkah menjauhi Jagat, tiba-tiba punggungnya dihantam benda keras hingga membuatnya terhuyung ke depan sembari meringis menahan sakit.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang