BAB 1 : CLASS HALLWAY

12.4K 325 2
                                    

Happy reading💋

🏴‍☠️

Dagu terangkat dengan pandangan lurus ke depan menjadi ciri khas dari murid yang kini berjalan menaiki anak tangga—menyelusuri koridor panjang bangunan besar bertingkat.

Tatapan dingin selalu terpancar membuat siapa saja yang berada di garis edar penglihatannya sedikit segan.

Teresa.

Nama yang tertulis di name tag miliknya. Ia bukan murid populer ataupun berprestasi. Ia hanya murid yang ingin segera menyelesaikan masa sekolahnya dengan cepat. Namun, dirinya kadang jadi bahan omongan karena hidupnya sendirian dan wajahnya selalu datar. Tidak ada yang pernah melihat bibir merah muda miliknya melengkung-membentuk senyuman manis ala gadis pada umumnya.

Berbelok ke arah kelas dua belas. Langkah kakinya terpaksa terhenti ketika berkontak mata dengan iris hitam pekat yang hanya beberapa langkah di depannya.

Melirik beberapa murid yang mulai memusatkan atensi padanya, Teresa memilih untuk menyingkir-membiarkan rombongan murid lelaki tersebut melintas.

Namun, saat melewati Teresa, pemilik iris hitam pekat tersebut berhenti dan menoleh padanya. Keduanya sempat beradu pandang. Teresa lebih dulu memutuskannya. Karena ia bisa mimpi buruk jika bertatapan lama dengan iris yang selalu membuatnya tertekan.

"Hai, babe," sapa lelaki dengan bola basket di tangannya.

Bastian Mahendra. Anggota klub basket yang sering menatap lawan bicaranya dengan mesum. Mereka menyebutnya bajingan.

"How are you?" tanyanya mencoba menyentuh bahu Teresa, tetapi ditepis dulu oleh sang empunya.

Bukannya marah, Bastian malah tertawa sembari merangkul bahu lelaki yang masih menatap tajam padanya.

"Jual mahal dia, Sa," ujarnya.

Menyunggingkan senyuman sinis, Heksa melangkah maju mengikis jaraknya dengan Teresa. Belum sempat menghindar, lengan kanan atas Teresa berhasil dicengkeram kuat-menimbulkan reaksi nyeri pada sang empunya.

Mendekatkan wajah, Heksa mengangkat dagu Teresa tapi ditepis dengan penuh amarah. Terkekeh pelan, reaksi yang Heksa tunjukkan itu justru membuat Teresa muak.

"Kita lihat berapa lama keangkuhan ini bertahan," bisiknya.

Menarik diri, Heksa berjalan pergi diikuti ketiga sahabat lelaki itu, kecuali Bastian.

"Persiapkan diri lo, babe. Malam ini akan jadi malam yang panjang," ujarnya.

"Of course," jawab Teresa dingin.

Lagi, Teresa menepis tangan yang hampir menyentuh pipinya. Ia tidak akan membiarkan bajingan seperti Bastian berkontak fisik dengannya. Bukan hanya Bastian, tetapi laki-laki manapun tak akan Teresa biarkan. Oh, ia lupa satu hal, kecuali Heksa.

Laki-laki itu selalu membuat Teresa membeku ketika berkontak fisik dengannya. Hanya Heksa lah satu-satunya orang yang berani menerobos paksa daerah teritorialnya.

Jika Bastian bajingan, maka Heksa lebih dari itu. Teresa membenci apa pun yang berkaitan dengan Heksa. Termasuk tatapan tajam yang selalu menatapnya dengan intimidasi.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang