BAB 4 : ENEMY'S COUSIN

7.3K 248 2
                                    

HAPPY READING & SEMOGA SUKA💋

🏴‍☠️

Sejak kejadian di lintasan malam itu, Teresa terpaksa izin sekolah sampai tiga hari akibat nyeri di lengannya. Ia berhasil keluar dari hutan satu jam setelah menunggu bantuan dari Natha yang untungnya tidak kena razia polisi.

Natha menjemputnya dan membawa Teresa ke daerah pemukiman untuk diobati lengannya. Di sanalah Teresa tinggal sebelum diperbolehkan untuk kembali beraktivitas.

Kali ini tidak ada lagi mobil merah menyala dengan stiker api di body mobilnya. Mobil itu sudah terkena tilang dengan keadaan ringsek. Padahal benda beroda empat tersebut adalah kebanggaan Teresa selama tiga tahun belakangan ini. Mobil yang Natha berikan padanya karena berhasil memenangkan balapan. Dan itu tepat diadakan tiga tahun lalu. Sekarang, Teresa hanya pasrah mobilnya disita yang membuat ia harus menggunakan sarana transportasi umum untuk pergi ke sekolah.

"Hai, babe."

Suara Bastian menyambutnya ketika memasuki koridor utama sekolah. Laki-laki yang berjalan dari arah berlawanan menyapanya dengan mengedipkan sebelah mata.

"Apa kabar?" tanyanya dengan mata yang memindai tubuhnya seperti biasa.

Bajingan.

Teresa mengabaikan Bastian. Ia memilih melangkah ke lain arah, tetapi Diaz dan Noah datang menutup jalannya.

"Sepertinya lo ditakdirkan untuk selalu bertemu sama gue," tambah Bastian. Namun, detik berikutnya dia menggeleng. "Oh, ralat, maksudnya kita."

Bastian hendak merangkul bahu Teresa jika saja sang empunya terlambat menghindar.

"Tetap di posisi lo," ujar Teresa dingin.

Pergerakan Bastian langsung terhenti ketika mendengar ucapan Teresa.

"Woho! Ada siapa ini?" seru Jagat.

Laki-laki berjaket levis baru saja datang bersama Heksa. Tidak ada aura tegas yang terpancar dari laki-laki tersebut. Hanya ada raut datar serta sorot mata yang tidak setajam seperti biasanya.

"Sa, harusnya dia mulai jadi babu lo tiga hari lalu, kan?" tanya Bastian.

Melirik malas pada Bastian, Teresa memilih memusatkan atensinya pada Heksa.

"Jadi, ada taruhan lainnya selain balapan?" tanyanya angkuh.

Hal itu mengundang kerutan di dahi Heksa.

"Lo nggak sportif dan di antara kita nggak ada yang sampai garis finis. Gue pikir sebaiknya lo mempersiapkan taruhan lainnya, supaya dendam lo terbalas," imbuh Teresa.

"Heksa sampai garis finis," timpal Bastian.

Tentu saja ucapan Bastian tidak bisa dipercaya. Karena Natha mengatakan saat suara sirine polisi terdengar semua orang meninggalkan arena balap. Tidak ada yang datang ke garis finis. Itu artinya Bastian berbohong.

"Dia bahkan ditangkap polisi," ejek Teresa. Informasi tersebut tidak sulit untuk dirinya ketahui.

Mendengar itu Bastian langsung dihadiahi tatapan kesal oleh Heksa.

"Seseorang pernah mengatakan 'kalau terlalu dendam itu nggak baik'. Harusnya lo mendengarkannya," tambah Teresa.

Tentunya ada seseorang dia antara kelima laki-laki di hadapannya yang memusatkan atensi ke arah Teresa. Namun, gadis angkuh itu tidak memperdulikannya.

Melihat ada pergerakan cepat, Teresa langsung melangkah mundur dengan waspada saat Heksa mendekatinya.

"Gue nggak butuh nasehat lo!" tekan Heksa.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang