BAB 19 : STEPBROTHER WITH BENEFITS

4.1K 157 4
                                    

Happy reading 💋

🏴‍☠️

Melempar tas yang basah ke lantai, Teresa merebahkan badannya ke ranjang dengan susah payah. Irisnya mengedar ke seluruh penjuru kamar yang asing.

"Re, lo mau makan apa?"

Suara yang berasal dari pintu dengan kepala menyembul mengalihkan perhatiannya.

Natha tampak menunjukkan ponsel—memberitahu dirinya, jika laki-laki tersebut akan memesan makanan siap saji.

"Gue nggak lapar, Bang," jawabnya.

"Udah gue pesenin soto daging kesukaan lo," ujar Natha.

Tidak mengejutkan lagi. Natha seperti hapal dengan tabiat Teresa. Ia hanya bertanya sebagai basa-basi. Barangkali Teresa memiliki keinginan untuk memakan masakan lainnya.

"Luka lo aman?" tanya Natha.

Laki-laki tersebut sudah memakai kaos rumahan dan duduk di samping ranjang sembari membawa teh hangat.

"Aman. Cuma kegores dikit."

Meneliti beberapa perban di tubuhnya, Natha menatap Teresa. Tatapan intimidasi itu tidak sama sekali menakutkan.

"Harusnya lo kalau udah merasa curiga dengan situasi, segera hubungi gue. Udah berapa kali gue bilang, masih aja bandel," omel Natha menjentikkan jari di kening Teresa.

Sang empunya meringis—mengusap keningnya.

"Lain kali, tuh, ponsel lo charger setiap saat supaya nggak mati."

Lagi. Teresa harus diomeli dengan kondisi dirinya yang lelah. Saat di dalam mobil, dirinya habis dicecar pertanyaan tanpa henti yang membuat Teresa harus menjawab, walaupun terpaksa.

Karena Teresa tahu betul jika Natha akan mengomelinya. Benar saja, kebiasaan laki-laki tersebut layaknya kakak kandung yang khawatir dengan adik perempuannya.

"Untung aja ada yang nyelamatin lo. Kalau sampai lo dibawa sama mereka, entah apa yang terjadi sekarang."

Teresa menatap perbannya. Ia masih mengingat jelas bagaimana laki-laki berkharisma kuat tersebut mengobati lukanya dengan telaten. Tampan, tenang dan dewasa. Teresa suka laki-laki yang memilki sifat tersebut. Karena berada dalam zonanya saja sudah membuat nyaman.

"Tere!"

Teresa terkejut ketika bahunya ditepuk oleh Natha.

"Yaelah, lo malah ngelamun. Gue mau antar mobil dulu. Nanti makanannya gue titipin ke anak-anak bengkel. Lo bisa, kan, ambil ke depan?"

"Bisa, Bang."

"Yaudah, gue tinggal dulu. Kalau ada apa-apa hubungi gue. Ponsel lo udah gue charger di ruang tamu. Ada anak-anak juga yang bisa bantu lo."

"Iya, Bang."

Setelah itu, Natha beranjak pergi sesudah menyelimuti setengah tubuh Teresa. Gadis itu harus menerima paksaan Natha untuk tinggal di rumahnya. Berjaga-jaga jika Teresa mengalami masalah serius pada lukanya. Jadi, Natha lebih leluasa untuk mengecek kondisi Teresa.

Setelah kepergian Natha, gadis itu berjalan ke ruang tamu dengan sedikit kesusahan. Iris hitamnya tertuju pada ponsel yang berada di atas meja samping pintu kamar Natha.

Mengambil benda pipih tersebut, Teresa mencari nomor seseorang. Untung saja ponselnya masih bisa menyala.

Melakukan panggilan, suara berat di seberang sana membuat raut wajah Teresa berubah datar.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang