BAB 45 : FALL OUT

2.8K 168 50
                                    

Annyeong bestie. Eonni kembali lagi💋💋

Say sorry untuk lama updatenya🙏🏻
But, thank you udah komen, share dan vote💗💗

Mood banget baca komentar kalian💋

Sayang kalian banyak-banyak.
Singkat aja chapter ini hanya untuk membalas rasa kangen kalian, yaaaa💗💗💗

Happy reading 💋

🏴‍☠️

Seseorang yang baru saja keluar dari mobilnya langsung tersungkur ke tanah saat pukulan keras mendarat sempurna pada pipinya.

"Bangsat," umpat Bastian memegang pipi yang nyeri serta panas itu.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kerah jaket Bastian di tarik dengan kasar lalu tubuh tersebut menubruk keras body mobilnya.

"Lo mau jadi pembunuh?!" Pertanyaan bernada kasar serta penuh emosional tersebut hanya dijawab dengan smirk kecewa.

"Jadi pukulan ini untuk jalang itu?" Bukannya menjawab, Bastian malah melayangkan pertanyaan bernada mengejek.

"BAS!"

"APA ANJING?!" marah Bastian. Ia melepas paksa cengkeraman di leher jaketnya, lalu mendorong dada sang sahabat dengan kesal. "Lo nggak tahu apapun tentang gue ataupun jalang itu!"

"Dia bukan jalang."

"Terus kalau bukan jalang, sebutan apa yang cocok untuk cewek itu, Yaz?"

Diaz membuang wajah. Ia mengepalkan kedua tangannya—menahan emosi yang siap meledak kembali. Sebelumnya Diaz tak pernah terpancing emosinya sampai seperti ini. Selama ini Diaz masih bisa meredam emosinya. Namun, saat Teresa mengirimkan foto lehernya yang memerah dan memberitahukan jika Bastian hampir membunuhnya, darah dalam tubuh Diaz seakan mendidih. Ada rasa tak terima ketika melihat seseorang yang Diaz anggap penting dalam hidupnya terluka. Meskipun oleh sahabatnya sendiri.

Maka dari itu, setelah mencari tahu dimana keberadaan Bastian pada sahabat-sahabatnya, Noah memberitahukan jika bajingan itu baru saja pulang dari club, Diaz pun langsung datang ke kediaman sang sahabat.

Dugaannya benar, setelah dirinya sampai di depan rumah Bastian, laki-laki itu pun muncul. Tidak ingin membuang waktu, Diaz segera melupakan emosinya untuk memberitahu kesalahan Bastian. Sahabatnya hampir membunuh seseorang.

"Berhenti mengusik Teresa, Bas." Ucapan penuh perintah itu membuat Bastian terkekeh pelan.

"Atau apa?" tantang Bastian.

Diaz menoleh dengan sorot mata yang penuh makna. "Jangan paksa gue untuk mengingatkan kalau dalam darah lo mengalir darah pembunuh."

"Anjing lo!" maki Bastian.

"Fakta, Bas. Bokap lo mungkin belum terbukti bersalah, tapi gue yakin keadilan untuk kak Briva pasti terjadi. Mungkin terlambat, tapi setidaknya gue bisa melihat pelaku pembunuhan di malam itu."

"Bokap gue bukan pembunuh anjing!"

Diaz melayangkan satu bogeman keras kembali. "Gue bukan anjing, bangsat!" marah Diaz.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang