BAB 25 : PLAYING VICTIM [1]

3.5K 144 2
                                    

Happy reading bestie 💋
Eonni balik lagi nih, yuhu💗

Follow and vote yups, thank you💋

🏴‍☠️

Kembalinya Teresa ke sekolah mengundang banyak pasang mata. Pasalnya, gadis angkuh itu tidak sendirian, ada laki-laki beraura tegas di sampingnya. Kedua sejoli itu baru saja memasuki koridor utama sekolah dengan wajah datar.

Tentu saja kebersamaan dua orang tersebut mengundang banyak tanya. Karena mereka tidak menyangka jika Teresa dan Heksa yang dikenal musuh besar bisa berada dalam satu mobil.

"Udah gue bilang kalau ide lo buruk," bisik Teresa saat keduanya menaiki anak tangga.

Sebenarnya Teresa tidak berniat pergi ke sekolah bersama Heksa, tetapi laki-laki pemilik iris hitam legam tersebut tiba-tiba datang dengan alasan ingin melihat keadaan rumahnya. Pada akhirnya, Heksa memaksa Teresa untuk berangkat bersama-sama ke sekolah. Sungguh, ide laki-laki itu sangat buruk.

"Abaikan tatapan mereka," ujar Heksa.

Tentu saja Teresa akan mengabaikan tatapan banyak murid di sepanjang koridor yang mengarah padanya. Sejak tadi pun ia tidak memperdulikan mereka. Namun, tetap saja ada rasa canggung ketika menjadi pusat perhatian.

Sebelum berpisah ke ruang kelas masing-masing, Heksa melempar kunci mobil padanya yang hampir gagal ditangkap dengan sempurna.

"Pulang sekolah lo yang bawa mobilnya."

"Maksud lo apa?" Teresa tidak siap dengan pernyataan Heksa.

"Lo, kan, bawahan gue. Jadi, harus patuh ucapan bos tanpa banyak penolakan."

Damn it!

Teresa merasa dejavu dengan kalimat tersebut. Ia sangat membenci jika Heksa sudah berkata hal yang tidak ingin didengarnya.

Ia tahu jika saat ini Heksa adalah bosnya. Namun, Teresa tidak berekspektasi jika Heksa sangat menyebalkan ketika mengucapkan kata itu.

"Gue nggak bisa," tolak Teresa mengembalikan kunci mobil.

"Jangan menolaknya atau-"

"Potong aja gajinya. Gue nggak peduli," sela Teresa tegas. Ia muak meskipun baru seminggu bekerja dengan Heksa.

Melempar tatapan intimidasi, Heksa menarik tangan Teresa dan meletakkan kunci mobil itu kembali.

"Pilih gaji dipotong atau bonus harian," tawar Heksa. Ia tidak kehabisan ide agar Teresa patuh padanya.

"Potong gaji," jawab Teresa yang membuat Heksa terkejut.

Meninggalkan Heksa dengan mengembalikan kunci mobilnya, Teresa bergegas menuju ruang kelas. Jujur saja Teresa tergiur tawaran Heksa, tetapi ia tidak bisa melanggar janji yang sudah dibuatnya nanti sore. Karena ada suatu hal yang harus Teresa selesaikan dengan cepat.

🏴‍☠️

Dari kejauhan, laki-laki dengan bola basket di tangannya menatap tidak suka ke arah dua sejoli yang baru saja berpisah di koridor. Ia meremas benda keras di tangannya itu, lalu memantulkan ke lantai dengan kasar.

Mungkin, beberapa orang yang melihat aksi tersebut hanya menganggap hal biasa, tetapi itu adalah bentuk kekesalannya.

Bastian-melangkah cepat menyusul postur tinggi semampai dengan rambut sebahu yang akan menuju ruang kelas.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang