BAB 20 : PITY OR CARE

3.9K 151 2
                                    

Annyeong bestie eonni💋
Thank you udah mampir ke lapak buluk ini💋
Vote dan spam next yuk💗

🏴‍☠️

Setelah memastikan kondisinya membaik dengan izin tiga hari, gadis pemilik iris hitam itu kembali ke sekolah. Seperti biasanya, wajah angkuh miliknya terlihat ketika memasuki gerbang sekolah.

Beberapa pasang mata mencuri pandang ke arahnya. Meskipun, berita penculikan dirinya tidak tercium publik, nyatanya ketidakhadiran Teresa di sekolah sempat menjadi bahan gosip.

Teresa tidak ambil pusing ketika salah satu teman sekelasnya menyindir dirinya di sosial media. Ia bukan kepedean, tetapi kalimat sindiran tersebut sangat jelas ditujukan untuknya.

Membuang napas kasar, kaki yang terbalut sepatu putih tersebut melangkah—menaiki anak tangga menuju koridor kelas dua belas.

Baru saja berbelok di lorong loker, dirinya dibuat terkejut dengan kehadiran Heksa yang ada di loker milik laki-laki tersebut.

Keduanya saling beradu pandang. Teresa ingin bersikap tak acuh, tetapi pertanyaan Heksa memaksanya untuk berkomunikasi. Rasanya aneh melihat iris hitam legam yang menyorot teduh padanya. Seperti ada sesuatu yang sulit untuk Teresa deskripsikan sejak terakhir mereka berkomunikasi.

"Lo kemana selama tiga hari ini?" tanya Heksa.

Laki-laki tersebut menghampirinya. Seragam rapi dan disiplin serta tataan rambut hitam yang mulai memanjang tersebut menjadi poros ketampanan seorang Heksa. Yah, dia memiliki pesonanya tersendiri untuk menarik sumbu kekaguman para perempuan ketika melihatnya.

"Tahu, kan, jawabannya?"

Alih-alih menjawab, Teresa mengajukan pertanyaan yang tidak diterima baik oleh Heksa.

"Gue ke rumah lo selama tiga hari ini...."

"Nggak ada yang minta lo ke rumah gue," sela Teresa. Karena selama tiga hari dirinya tinggal di rumah Natha.

"Karena gue khawatir sama lo."

"Stop caring about me! Because, i don't need it."

Heksa terkekeh pelan, kemudian menatap tajam pada Teresa. Tidak ada sedikit rasa takut pun di hati Teresa ketika mereka sama-sama bertukar pandang. Rasanya muak saja harus terlibat satu sama lain, dan waktu selalu membuat mereka saling bertemu.

"Sedikit aja lo mementingkan perasaan orang lain. Bagaimana mereka peduli sama lo."

"Who?" tanya Teresa dengan cepat. "Nggak ada manusia di dunia ini yang mementingkan perasaan orang lain. Dan perasaan siapa yang harus gue anggap peduli? Jangan sok mengajari gue tentang kemanusiaan, nyatanya lo pun nggak pernah mementingkan perasaan orang lain."

"Gue memang khawatir sama lo, Sa."

"Why should me? Nggak bisa, kah, lo bersikap biasa aja kayak dulu. Gue nggak nyaman."

Mengucapkan kalimat penuh penekanan itu berhasil memunculkan raut datar Heksa. Bukan tidak tahu terima kasih, tetapi Teresa ingin jauh dari radar seorang Heksa. Hidupnya jauh lebih tenang jika tidak terlibat dengan laki-laki pemilik iris hitam legam tersebut.

Meninggalkan Heksa yang terdiam dengan tatapan masih tertuju padanya. Teresa melupakan tujuan awal ke loker. Ia hanya ingin segera pergi jauh-memasuki kelasnya-menghindar dari Heksa.

TERESA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang