35. Pengorbanan

15 4 4
                                    


Setelah sekolah usai, Niko datang ke ruangan Bu Rita untuk menepati kesepakatan mereka sebelumnya. Dia membuka pintu yang langsung disambut dengan ramah oleh Bu Rita. Seperti tidak ada kejadian, Bu Rita dengan ramah merangkulnya, membawanya turun ke lantai dasar menuju perpustakaan.

Di siang hari yang terik itu, Niko dan Bu Rita berjalan beriringan menuju perpustakaan. Guru wanita itu tidak lupa memberitahu siapa rekan yang akan menjaga perpustakaan bersamanya nanti.

"Rekan barumu, Delfi Anatasya. Anak kelas 1-E." Ujar Bu Rita, lalu sedikit menggoda Niko. "Jangan ganggu dia, ya?"

"Cih! Lagian aku gak suka sama yang muda-muda!"

Bu Rita mendelik mendengarnya, seakan-akan mendengar kasus korupsi lenyap dari dunia. "Wow, kayanya aku harus mewaspadaimu!"

"Ya-Yah.. bukan gitu!" Niko sontak menepis kesalapahaman itu. "Ma-Maksudku.. yang tidak jauh umurnya."

"Yah, kadang laki-laki memang punya selera yang aneh-aneh." Bu Rita tersenyum miring, menatap Niko dengan satu alis naik ke atas. "Kau mulai nakal, ya?"

"Tidak!" Bantah Niko yang langsung mempercepat langkahnya menuju perpustakaan.

Bu Rita terkekeh sepanjang jalan, sedangkan Niko menahan malu sampai mereka tiba di perpustakaan. Saat hendak masuk, Niko sempat terhenti di depan pintu. Matanya melirik cepat ke segala sisi perpustakaan yang tidak banyak berubah.

"Ehm! Niko?" Tegur Bu Rita.

Niko tersentak, menatapnya dengan senyuman getir. "Maaf bu, aku malah mengingatnya."

"Huh.. sudahlah," Bu Rita menghampirinya dengan senyuman ramah, tangannya merangkul pundak Niko yang sedikit bergetar. "Berdamai dengan masa lalu memang sulit, tapi menerimanya tak kala sulit."

"Iya aku tau," Balas Niko yang mulai melangkah masuk ke dalam perpustakaan.

Di dalam, Niko melihat gadis yang Bu Rita maksud. Delfi Anatasya, gadis berkulit putih mulus tanpa cacat, berambut hitam panjang yang terurai ke bawah. Tubuhnya tergolong mungil, tapi tatapannya begitu tajam seolah-olah tidak menerima keberadaan siapapun. Dia termasuk murid berbakat, yang memilih menyembunyikannya.

Bu Rita menyapanya dengan ramah, tapi dijawab dingin oleh Delfi dengan sebuah anggukan kecil.

"Ayolah Delfi! Jangan terus dingin begitu!" Protes Bu Rita padanya. "Oh iya, ini Niko Dheiman. Rekanmu, bisa dibilang seniormu."

Delfi langsung menatap Niko dengan datar. "Senior?"

"Yup! Dia seniormu!" Jawab Bu Rita.

"Meragukan." Balas Delfi.

MERAGUKAN JIDATMU! Batin Niko. "Ehm.. ehm.. aku Niko Dheiman, dan kau?"

Delfi berdiri tegak, masih terlihat cukup mungil. "Delfi Anatasya, salam kenal."

"Ya-Yah, salam kenal."

"Ok! Kalau gitu ibu tinggal dulu, ya?" Bu Rita berbalik dan menyampaikan sesuatu pada Niko. "Dheiman! Kau yang bertanggung jawab!"

"Lah! Kok aku!"

"Jangan protes!" Tegas Bu Rita.

Setelah Bu Pergi, nuansa canggung masuk memenuhi seisi perpustakaan. Tidak adanya pengunjung saat itu, makin membuat Niko bingung harus melakukan apa. Delfi datang, memberikannya sebuah catatan, catatan yang berisi nama-nama murid yang belum mengembalikan buku.

"Eh.. banyak juga yang minjam buku!" Kata Niko bernada kagum. "Kau melakukan ini sendiri?" Tanyanya.

"Yah,"

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang