Setelah mendengar kabar kecelakaan kecil yang terjadi pada Serena. Ken dan Julia langsung bergegas pulang dan meninggalkan pekerjaannya. Dengan wajah panik Julia jalan tergopoh-gopoh menaiki anak tangga di susul Ken di belakangnya.
"Sayang."
Julia langsung duduk di atas kasur Serena dan ngecek keadaan putri semata wayangnya itu.
"Sakit?"
"Lebih sakit di sini."
Serena nunjuk dada sebelah kirinya.
"Dada kamu sakit? Sakit banget? Ken cepet siapin mobil kita langsung ke rumah sakit."
Julia bener-bener keliatan panik. Bahkan matanya udah berkaca-kaca saking paniknya melihat keadaan Serena.
"Enggak mah, yang sakit hati aku."
Mendengar ucapan Serena ekspresi dan kepanikan Julia langsung berubah.
"Gak usah mainin mamah. Kamu tau mamah khawatir banget sama kamu!"
"Iya mamah sayang, maaf ya udah bikin khawatir. Aku gak papa kok."
Di belakang sana, Ken masih sibuk dengan ponselnya. Menghubungi pihak berwajib yang masih mencari keberadaan orang yang sudah melukai gadis kecilnya.
"Iya pak, saya mau pelakunya cepat di temukan. Meski anak saya gak memilik riwayat luka serius, tapi pelaku tidak ada itikad baik untuk menolong atau bahkan bertanggungjawab. Baik pak, terimakasih atas bantuannya."
Mata Ken tertuju ke arah Dreandra yang berdiri sambil tertunduk.
"Ayah mau bicara sama kamu."
Dre mengikuti langkah kaki Ken keluar menuju ruang keluarga.
Kini Ken dan Dreandra duduk berhadapan di kursi ruang keluarga. Dre masih duduk dengan wajah yang di tundukan.
"Angkat wajah kamu dan tatap saya."
Sebelum mengangkat wajahnya, Dre sempat menelan ludahnya. Jujur dia benar-benar merasa gugup dan tak enak hati.
"Ayah tau, kamu punya kehidupan sendiri. Ayah juga gak melarang kamu untuk bergaul dengan siapapun. Tapi harusnya kamu bisa cukup tahu diri dengan tugas yang seharusnya kamu tanggung. Dari kejadian ini ayah harus bersikap lebih tegas ke kamu. Dreandra, kamu tau kan ayah sayang banget sama Serena?"
Dreandra mengangguk. Meski ekspresinya terlihat dadar, jauh di lubuk hatinya Dre benar-benar sangat merasa bersalah. Bahkan dirinya merasa malu di hadapan Ken dengan tugas yang gagal ia pikul.
"Ayah masih percayakan Serena ke kamu, tapi Ini menjadi kesempatan terakhir kamu."
Ken meninggalkan Dre yang masih duduk mematung. Sejenak menarik nafas lalu menghempaskan tubuhnya ke senderan soffa.
Rasanya kepala Dre mau pecah. Rentetan masalah demi masalah terus mencerca dirinya. Apalagi dengan kenyataan bahwa kekasih hatinya membawa laki-laki masuk kedalam rumahnya.
Bayangin itu kembali berputar dalam ingatan Dre. Bahkan sampai saat ini ponsel Nasya tak bisa di hubungi, semua chat dan panggilan dari Dre tak ada satupun yang ia respon. Dre mengangkat lengannya untuk menutupi sebagian wajahnya. Dari sudut matanya, air asin itu terjun dengan beraninya. Bahkan meski bibir itu sedikit bergetar, tak ada sedikitpun isakan yang terdengar. Hening, hanya air mata yang terus mengalir.
Keesokan harinya, Dre bersikap normal seolah tak pernah terjadi apa-apa. Bangun, mandi, lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Kaki jangkungnya berjalan ke arah ranjang Serena. Dimana gadis cantik itu masih berada dalam alam bawah sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pokoknya Gue Cinta! 2
Romanceijinkan aku menjadi tempat singgah, meski dia yang kamu jadikan rumah. ~Sequal dari POKOKNYA GUE CINTA!~ Yang mau baca cerita ini di harapkan baca cerita sebelumnya, ya.... Warning! Cerita ini masih mengandung unsur LGBT, bahas kasar dan beberapa ka...