Chapter 30

713 82 11
                                    

"Bahagiamu bukan hanya tentang dia, lihat aku yang akan menjadi bahagia yang tak akan melukaimu."

.
.





Keheningan masih setia menemani dua insan yang kini masih saling diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing bahkan salah satunya sedang berusaha berperang dengan gejolak yang ada di dalam tubuhnya.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Aksana. Kejadian kemarin kembali berputar di otaknya. Hari itu setelah pulang sekolah Aksana pulang seperti biasa. Hari pertama setelah beberapa hari absen akhirnya Aksana bisa bertemu kembali dengan Serena, gadis yang kini menjadi kekasihnya itu.

Setelah ayah Serena tak mengijinkan Aksana untuk mengantar-jemput Serena lagi, waktu pertemuan Aksana dan Serena semakin terasa singkat.

Setelah berganti pakaian, Aksana melangkahkan kakinya ke arah dapur. Mengambil beberapa bahan lalu menjadikannya satu dalam sebuah masakan.

Setelah tinggal seorang diri, Aksana selalu menyempatkan diri untuk memasak. Ia tak terlalu senang makan makanan luar karna menurutnya itu kurang sehat, selain itu juga karna Aksana memang sangat suka memasak.

Setelah selesai dengan kegiatannya di dapur begitupun dengan mengisi perutnya yang terasa lapar, Aksana melangkahkan kakinya ke arah pintu karna sedari tadi bel di rumahnya terus di tekan oleh seseorang.

Aksana sedikit terkejut saat mendapati sosok Erkan yang kini berdiri menjulang tinggi di hadapannya. Saat pintu akan di tutup kembali oleh Aksana, Erkan menahan pintu itu dan menerobos masuk.

"Lo apaan, sih! Keluar!"

"Dulu gue bahkan gak perlu permisi untuk masuk ke rumah ini."

Aksana mengeratkan giginya saat Erkan berjalan masuk seenaknya. Aksana terus berusaha mengusir Erkan bahkan sesekali menarik tubuh pria jangkung itu untuk angkat kaki dari rumahnya.

"Erkan sialan, enyah dari rumah gue!"

Erkan masih tak menggubris Aksana yang terlihat semakin kesal. Bahkan saat ini tubuhnya telah duduk bersandar dengan nyaman di atas sofa.

Aksana yang semakin di buat kesal menarik kerah kemeja sekolah Erkan dengan mata penuh amarah. Rasanya sangat lelah jika berhadapan dengan Erkan apalagi pria itu tak akan mau mengalah apapun yang terjadi.

"Gak usah buat gue makin emosi. Gue gak ada urusan apapun sama lo jadi berhenti ganggu hidup gue. Selama ini gue gak pernah ganggu keputusan lo sedikitpun!"

"Tapi lo nyoba hancurin gue lewat Serena," sindir Erkan yang membuat cengkraman Aksana semakin mengerat.

"Gue sayang sama Serena itu tulus!"

"Gak usah munafik! Gue tau niat awal lo itu seperti apa. Lo sengaja mau ngebuat Serena suka sama lo supaya lo semakin bisa ngebuat diri gue hancur, kan?" Erkan menghempaskan tangan Aksana dari kerah kemejanya.

"Lo tau dan paham kalo gue itu sayang banget sama Serena dan lo juga tau kalo Serena adalah satu-satunya orang yang gak akan gue ganggu mangkannya lo deketin dia. Lo kalo gak bisa bales perasaan gue gak usah ngelakuin hal sampe segini nya!"

'Buaghhh!'

Satu kepalan tangan menghantam rahang sebelah kiri Erkan. Aksana tak terima sedari tadi Erkan terus memojokkan dirinya.

"Gua sayang sama Serena itu tulus! Gue gak pernah menjadikan Serena sebagai alat seperti yang selalu lo bilang itu. Gue ngedeketin Serena karna gue ngerasa dia beda dari yang lain, gue berusaha meyakinkan diri gue kalo gue bisa menatap Serena sebagai laki-laki kepada wanita!"

Pokoknya Gue Cinta! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang