4

1.3K 94 1
                                    

=
=
=

Siang ini Jasmin membawa kekasihnya kerumah. Chania memberikan dua gelas air dan beberapa cemilan. Dia harap kekasih Jasmin bisa nyaman di rumah.

Setelah memberikan cemilan Chania pun pergi menuju taman belakang. Dilihatnya burung-burung beterbangan di atas sana.

"Ekhem" Chania sedikit menoleh lalu kembali menatap langit siang. "aku ingin teh manis, bisa kau buatkan?"

Chania berdiri dari duduknya. "Paman tunggu di sini ya, nanti Chania buatin." Chania pun berjalan menuju dapur.

Sesampainya di dapur, alangkah terkejutnya Chania setelah melihat perbuatan kekasih Jasmin. Chania bersembunyi di balik tembok.

Sret!

Plak!

Chania mendorong pria itu lalu menamparnya. "kamu gila? Jasmin bilang nggak mau, kamu nggak denger hah?!"

Diambillah pisau berukuran besar dan ditunjukan kepada Chania. "kalo lo bilang ini ke ayah, gue nggak akan segan buat bunuh lo sekarang juga."

"tapi Jasmin, dia orang jahat."

"nggak, dia pacar gue. Gue nggak mungkin salah pilih pacar."

Chania meneguk salivarnya takut jika pisau itu menancap pada dirinya bagaimana. "yaudah kalau gitu, Chania cuman mau buat teh"

Jasmin dan sang kekasih pun pergi meninggalkan dapur. Chania harus menjaga Jasmin, dia tidak boleh kecolongan sama orang jahat itu.

Mungkin Chania selalu di manja ayahnya, dan pergaulannya pun masih terjaga. Tapi Chania tidak bodoh jika ingin memiliki anak maka harus melakukannya terlebih dahulu. Maka Chania tidak akan membiarkan Jasmin hamil di luar nikah.

Chania sudah selesai membuat teh manis, dia segera kembali ke taman belakang. Tapi setelah Chania sampai di halaman belakang, Mark memperhatikan Chania, sepertinya Chania gelisah.

"ada apa?"

Padahal Chania belum bilang apa-apa, tapi Mark sudah bertanya. "jika ada yang berbuat aneh di rumah, apa paman bakalan marahin dia?"

"perbuat apa yang kau maksud?"

"ma-maksud Chania, eh... Ya gitulah paman. Chania takut jika dia."

"dia? Dia siapa? Kau kenapa?" Chania mengigit ujung kukunya, dia panik tapi sulit untuk dibicarakan kepada Mark.

"gini paman." Chania berhenti, lalu kembali menggigit ujung kukunya. Kini malah sembari mondar-mandir tidak karuan.

"apa yang kau mau?"

"paman, dengarin Chania dulu!" omel Chania tapi dia tidak melanjutkan ucapnya kembali, padahal Mark ingin tahu kelanjutannya.

"ada apa? Bicaralah yang benar Chania."

Chania mendekati Mark, dan duduk di bangku sebelahnya. "paman berjanji'kan?"

"atas dasar apa aku harus berjanji?"

"pokonya paman harus janji kalau paman nggak kasih tau ke dia bahwa Chania yang melaporkannya."

"iya, aku berjanji."

"Jasmin..."

Chania menceritakannya kepada Mark, dan alangkah terkejutnya dia setelah mendengar apa yang di ucapkan Chania.

"sekarang mereka di mana?"

"ada di kamarnya Jasmin, Paman. Chania khawatir jika Jasmin hamil di luar nikah."

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang