25

986 86 4
                                    

=
=
=


Chelsse dan Renata sudah tidur duluan sedangkan Jasmin masih tidak habis fikir dengan dirinya. Kenapa bisa di rahimnya kini sudah berpenghuni, akankah anak ini menjadi anak haram? Jasmin tidak ingin jika anaknya menjadi anak haram dan tidak memiliki sosok ayah.

Buk

Buk

Buk

Chania yang mendengar pukulan Jasmin kepada perut berisinya itu membuat Chania sontak menahan pergelangan tangan Jasmin.

"Sabar. Jangan kaya gitu Jasmin, bayinya nggak salah."

"Hiks... aku nggak mau hamil."

Chania memeluk Jasmin. "Iya Chania tau. Tapi bukan berarti Jasmin jadi pembunuh. Bayinya berhak hidup sayang, biarpun Jeno nggak tanggung jawab disini masih ada Chania dan paman yang selalu temenin Jasmin."

"Hiks... kalau bunda tahu aku hamil di luar nikah, pasti dia marah kan?"

Chania memegang kedua pipi Jasmin. "Kata siapa hm? Ini bukan sepenuhnya salah Jasmin, Jenolah yang salah di sini. Jadi jangan berfikir seperti itu ya? Justru Bunda pasti sangat marah di sana jika tahu bahwa Jasmin membunuh bayi ini." Jasmin kembali menangis di pelukan Chania, yang di katakan Chania ada benarnya. Jika Jasmin membunuh bayi ini, pasti sang bunda di sana akan marah.

"Udah, jangan nangis terus. Kasian bayinya nanti kecapean. Kita tidur aja yuk?" Jasmin akhirnya mengangguk setuju.

Dengan perlahan tubuh Jasmin di baringkan, dan kedua tangannya kini memeluk tubuh Chania, meskipun sedikit kesulitan akibat infusan. Sudah lama Jasmin tidak dipeluk seperti ini saat tidur.

Tidak terasa akhirnya Jasmin pun terlelap. Sedangkan Chania tidak bisa tidur sekarang, dia sangat ingin menampar Jeno. Setelah di rasa ketiga putri Mark sudah berada di dalam mimpi, Chania pun pergi untuk menemui Mark dengan perlahan supaya ketiga putri Mark tidak terusik.

Tok

Tok

Tok

"Paman." Chania pun masuk kedalam ruang kerja Mark karena Mark tidak merespon. "Ternyata paman tidur." Chania pun pergi mencari selimut. Setelah berhasil menemukan selimut, Chania mulai menyelimuti Mark yang tertidur sembari bertumpu pada meja.

Chania sekilas melihat biodatanya. Tidak terlalu mengerti soal laptop, Chania hanya membaca yang tertera di layar saja.

"Jadi, Chandani itu kembarannya Chania?" Chania sedikit berfikir keras, apakah data itu salah? Perasaan Chania tidak memiliki saudara kembar.

Chania terdiam, dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, apakah ingatannya hilang? Tapi kenapa? Yang Chania tahu, dia memiliki orang tua, dan satu adik yaitu Jisung. Chania tidak ingat bahwa dia memiliki saudara kembar juga.

Cukup lama Chania terdiam, itu malah membuat Mark terbangun karena kehadirannya yang sangat mencolok. Pasalnya Chania berdiri di samping Mark dengan memegangi dagu kecilnya,

"Apa yang kau fikirkan?"

Chania terlonjat kaget. "Paman, ngagetin aja."

"Aku lebih terkejut karena kau berada tepat di sampingku."

"Maaf ya paman, abisnya Chania lagi berfikir."

Mark sadar, laptopnya terbuka sedari tadi. Dia belum mengeluarkan web itu, tadinya Mark ingin mencari identitas si Jeno-jeno itu, tapi malah ketiduran.

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang