15

1.3K 106 8
                                    

=
=
=


"Chania, aku perintahkan sekali lagi. Lepas."

"Nggak paman. Ini salah, paman nggak boleh sakitin anak-anak."

Untuk pertama kalinya ketiga putri Mark selalu diberikan kekerasan jika mereka melakukan kesalahan.

Jasmin keluar dari ruang kerja Mark. "Hiks... semuanya berubah, bunda." Sebenarnya siapa yang disalahkan disini?

Sedangkan di sisi lain, Chania masih bergelut dengan Mark. "Bawa mereka dari hadapanku sekarang." Chania pun sesegera mungkin membawa kedua Mark untuk keluar dari ruang kerjanya.

"Kita kedapur dulu ya? Biar Chania obatin."

Kedua putri Mark pun menurut. Akhirnya Chania pun mengoleskan obat luka pada punggung Renata. "Masih ada yang sakit nggak?" Keduanya pun menggeleng.

Chania membersihkan kembali kotak p3knya. Jasmin ikut bergabung di dapur. "Maafkan adik-adikku Chania." sesal Jasmin kepada Chania.

Chania pun memegang kedua tangan Jasmin. "Chania maafin kok, Chania juga tau malau kalian itu baik." Chania sedikit menarik tangan Chelsse dan Renata, dia menyatukannya menjadi satu. "Tapi lain kali jangan buat lagi ya? Chania lebih takut kalau paman Mark mukul kalian, dari pada Chania yang dipukul. Pasti sakit ya hukaman dari paman Mark?"

Grep!

Ketiga putri Mark pun memeluk Chania, sepertinya mereka sudah mulai sadar bahwa perempuan yang ada di hadapan mereka inilah yang seharusnya mereka pertahankan. Setelah beberapa menit, Chania melepaskan pelukan dari ketiganya.

"Kalian mau Chania keluar dari rumah ini kan?" Ketiga putri Mark pun saling pandang. "Besok Chania bakalan keluar dari rumah ini, Chania kabulin keinginan kalian. Tapi, jangan bilang-bilang nenek ya? Chania takut kalau sampe nenek tahu, nanti nenek nambah sakit."

Ketiga putri Mark terdiam seribu bahasa. Chania yang melihat kediaman dari ketiganya pun melayangkan senyuman manisnya.

"Oh iya, Chania udah pesan kue. Kalian harus rayain waktu Chania udah pergi dari sini, oke?"

Lagi-lagi ketiga putri Mark terdiam, dan Chania pun pergi meninggalkan dapur. "Kak, Chel nggak mau Chania pergi dari sini."

"Kakak juga nggak mau."

Renata hanya bisa menunduk, sepertinya dia pun setuju dengan adik dan kakaknya.

•••

Malam ini Jasmin, Chelsse dan Renata tidak bisa tidur, mereka hanya berguling kekanan dan kekiri sembari memikirkan ucapan Chania didapur tadi.

Sedangkan di kamar Mark, Chania masih mempersiapkan pakaiannya. Semakin berjalannya waktu, Chania belajar bagaimana caranya merapihkan pakaian.

Chania sangat baik dalam belajar. "Ada apa ini?"

Chania pun berdiri. "Paman, Chania mau pindah."

"Jangan main-main Chania."

"Chania nggak main-main paman, Chania mau pindah."

"Apa yang membuatmu ingin pindah dari sini?"

"Nggak ada, ini maunya Chania sendiri."

Mark sedikit menarik Chania. "Kau anggap ini semua mainan? Kemana kau akan tinggal jika bukan di sini, hah?"

Chania sedikit melepaskan tangan Mark. "Paman, paman jangan marah-marah terus dong. Chania khawatir anak-anak jadi dalam bahaya kalau paman nggak bisa kontrol amarah paman. Untung aja Chania nggak takut sama paman, jadi Chania bisa lindungin mereka."

Mark pun melepaskan Chania, dia memegang pelipisnya. Mark itu lelah, Mark ingin keluarga kecilnya kembali meskipun itu tidak mungkin. Tapi jujur saja, Mark itu lelah dengan semua drama ini.

"Paman, paman kenapa sih? Paman nggak mau minta maaf gitu ke anak-anak? Renata bahkan memar karena sabuk paman tadi. Kalau mendiang istri paman tau ini semua, pasti paman diomelin juga."

"Berhenti bicara, dan masukan kembali bajumu kedalam lemari." perintah Mark dan dia pun mengambil handuk, sepertinya kepala panas ini harus didinginkan sesegera mungkin. Chania tetaplah Chania. Ditahannya pergelangan tangan Mark oleh Chania.


"Paman, Chania beneran mau keluar dari rumah ini. Chania harus keluar paman."

Ya, itulah yang harus Chania lakukan. Chania tahu, ketiga putri Mark selalu melakukan kekacauan, karena Chania tidak pernaha mengambulkan permintaan ketiga putri Mark yang sebenarnya. Kini kedunya malah beradu tatap, Chania tidak akan kalah jika melawan Mark.

"Jika ibu tahu, bagaimana hm?"


"Chania yakin kalau Nenek nggak bakalan tau paman."

"Cukup Chania." Jujur, Mark sangat lelah dan sekarang Chania bersikukuh akan keluar dari rumah, yang dimana itu semua hanya akan menambah masalah.

"Pokonya besok Chania mau pindah." Chania pun membalikan badannya untuk kembali mengemasi pakaiannya kedalam koper.

Brak!

Chania terkejut sekali, kopernya di banting sembarang oleh Mark. "Kau ingin aku hukum, hm?" Chania melirik kearah Mark.

"Chania salah apa, paman? Chania cuma mau keluar dari rumah ini."































Tbc

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang