29

1K 101 7
                                    

=
=
=


Siang ini Mark dan Chania pergi ke sekolahnya Jasmin. Ya, ketakutan mereka pun terjadi. Pihak sekolah sudah mengetahui bahwa Jasmin hamil.

Padahal hanya menunggu beberapa bulan menuju kelulusan, Jasmin dinyatakan keluar karena kehamilannya.

Jeno yang juga ada di sana ikut sedih. Keberadan Jeno di ruang bk selain untuk menemani Jasmin, ternyata kedua adik Jasmin juga iku andil, mereka menarik paksa Jeno karena dirasa tidak adil rasanya jika hanya Jasmin yang menderita maka dari itu kedua adik Jasmin menarik Jeno yang tengah belajar di kelas.

Tapi percuma saja, pihak sekolah hanya mengeluarkan Jasmin. Mark yang tidak terima dengan keputusan pihak sekolah pun mulai marah, dia bahkan menarik kerah seragam Jeno.

"Kau, Kau benar-benar sudah menghancurkan anakku bodoh!" ucap Mark penuh amarah yang sudah terpendam sedari awal.

"Maafkan saya."

Chania menarik Mark yang mungkin saja akan membunuh pemuda itu. "Paman, tenanglah paman. Chania takut kalau paman pukul orang."

"Ayah sudahlah, Jasmin akan terima semuanya."

"Pak, saya mohon jangan berkelahi di ruang bk." pinta sang guru bk kepada Mark.

Mark pun melepaskan kerah seragam milik Jeno, dan menarik Jasmin untuk pergi meninggalkan bk. "Kita pulang sekarang juga." perintah Mark.

Chania mengikuti Mark, tetapi sebelum benar-benar keluar dari ruangan bk, Jeno menahan lengannya.

"Aku minta maaf atas kejadian ini, aku sungguh akan bertanggung jawab, karena aku mencintai Jasmin maka dari itu aku akan menikahinya setelah kelulusan nanti, tolong jaga Jasmin untukku, dan aku berjanji tidak akan meninggalkannya." ungkap Jeno dengan penuh rasa bersalah.

Tidak ada balasan dari Chania, dia malah melepaskan tangan Jeno yang masih memegang pergelangan tangannya dan pergi begitu saja. Jeno sangat paham bahwa keluarga Jasmin pasti sangat marah kepadanya karena telah menghamili anak perempuan mereka.

•••


Sesampainya di rumah, Jasmin langsung memasuki kamarnya. Dia ingin sendirian terlebih dahulu sekarang, Mark dan Chania hanya mengangguk mengerti.

Sepasang suami istri itu kini berada di kamar. "Paman, paman udah nggak marah lagi kan?"

"Hm."

"Syukurlah. Tapi paman, parfum paman sungguh aneh. Perasaan waktu kita di sekolah Jasmin parfumnya nggak sebau ini deh paman."

Mark mengerutkan keningnya heran. "Parfum ku bau?" tanya Mark tidak percaya, dan mencium jas yang dikenakannya.

"Baukan paman?"

Mark menggelengkan kepalanya. "Mungkin bau itu bukan dari aku."

"Iya kali ya paman."

Tidak ingin mempermasalahkan masalah parfum, Mark pun pergi kekamar mandi. Sedangkan Chania, dia sedang menahan sesuatu.

Chania mendudukan dirinya di tepi ranjang, mungkin dengan duduk apa yang dia rasakan bisa sedikit reda. Tapi tidak, kini Satu tangan Chania memegang perut ratanya itu dan tangan yang satunya lagi digunakan untuk menutupi mulutnya. Chania merasakan perutnya bergejolak seperti gunung merapi yang siap mengeluarkan lava.

Chania kembali berdiri, ternyata dengan dia duduk pun rasanya tidak hilang. Pintu kamar mandi pun terbuka memperlihatkan Mark dengan pakaian santainya. Siang ini Mark akan bekerja di rumah, jadilah dia menggunakan pakaian santai.

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang