24

870 89 7
                                    

=
=
=


Siang ini Mark berada di restonya. Mark jadi tidak bisa fokus bekerja karena Chania. Sepertinya Mark harus menemui Kun untuk menenangkan diri dengan secangkir bir.

"Astaga!" Kun pun menepuk jidatnya.

"Lo harusnya jangan terlalu percaya, apalagi lo belum tau siapa pengirim pesan itu beneran Hyunjin atau bukan. Lagian lo emang ada buktinya kalau Chania itu adalah bayarannya Hyunjin? Kalau gue jadi Chania, udah gue tinggalin aja lo sama anak-anak lo itu karena lo udah berani nuduh."

"Terus gue harus apa?"

"Lo harusnya cari bukti dulu, lo jangan ambil jalan sendiri. Sekarang lo mending pulang dan bicarakan dengan kepala dingin siapa tau Chania mau jujur kalau lo lebih santai."

"Gue udah pernah coba, tapi dia tetep nggak ngaku."

"Ya berarti dia emang bukan bayaran Hyunjin bego!" Kun emosi sekarang juga, dia langsung saja memalingkan wajahnya dari hadapan Mark sembari memegangi kepalanya. Ikutan pusing Kun ini karena sikap temannya yang terlalu bodoh.

Mark pun menunduk dengan memegangi gelas berisikan minuman. "Tapi karena Chania, Chandani pergi untuk selama-lamanya."

"Mark dengerin, jodoh dan maut itu udah ada yang ngatur. Lo nggak bisa main nuduh orang gitu aja. Lo emang nggak ada niatan buat cari kenapa mendiang istri lo bisa kecelakaan? Ayolah Mark, berfikir cerdiklah Mark. Lo terlalu bodoh tau gak?"

Lagi-lagi Mark terdiam, mungkin yang di katakan Kun ada benarnya, kenapa juga Mark tidak menuntaskan kasus kecelakaan sang istri? Mark memang bodoh.

"Terus lo mau apa setelah ini?"

•••


"Ji, lo mending pulang aja sana."

"Kok ngusir?"

"Lo pasti nyuruh gue pulang lagi setelah ini."

"Kemarin itu udah mendung Chel, gue takut lo sakit."

"Tapi tetep aja kan kehujanan."

"Iya sih, tapi setidaknya ngg--"

"Udah ah, gue males." Chelsse melirik ke kanan dan kekiri, ternyata nenek itu tidak mengunjungi resto kecil ini lagi.

"Udah dua jam kita di sini, tapi nenek itu nggak ada juga tuh."

"Kalau lo kemarin nggak nyuruh balik, pasti gue tau nenek itu siapanya ibu dan bunda."

"Ya sorry, itu kan kemarin."

Chelsse itu perempuan, perempuan mana sih yang nggak ngungkit-ngungkit kesalahan, apalagi itu kesalahan cowok. Tidak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat. Chelsse dan Jisung pun sedang berada di jalan pulang.


"Gue kangen ibu, Ji."

"Ya, gue tau. Kak Chania itu emang baik orangnya jadi dia selalu di kangenin oleh siapapun. Kecuali ibunya."

"Kok bisa ji?"

"Bisa apa?"

"Ibunya Chania nggak kangen dia."

"Itu panjang sih, tapi intinya ibu nggak suka Chania." Chelsse yang di bonceng oleh Jisung pun hanya bisa mengangguk. Tapi kok ada ya seorang ibu membenci anaknya sendiri.

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang