26

953 94 13
                                    

=
=
=


Siang ini sinar mentari nampak memantulkan cahaya di dalam rumah megah tersebut. Interior yang terlihat elegan menghiasi di penjuru rumah yang tak terhingga luasnya.

Keluarga bermarga Lee ini adalah keluarga yang terpandang dan kaya raya. Tidak banyak televisi menyoroti keluarga bermarga Lee, karena pertahanan yang kuat hanya beberapa televisi yang mampu menayangkan wajah sang keluarga berkelas ini.

Eunso, dia tengah duduk di hadapan suami istri yang di duga adalah pemilik marga Lee tersebut. "Jadi, dimana anak ku?" Setelah dua hari kemarin, Eunso di jemput oleh sepasang suami istri ini, dan selama itu juga Eunso tidak berbicara.

"Kau tuli? Atau kau bisu? Aku ingin tahu dimana anak ku!" teriak wanita itu menggema di penjuru rumah karena emosinya yang tertahan selama dua hari.

"Kau benar-benar tidak mendengar teriakan istriku ya?!"

Eunso mendongak, dia menatap kedua sepasang suami istri itu. "Kenapa kalian mencarinya? Mereka sudah tidak lagi denganku."

Wanita yang seumuran dengan Eunso itu pun berdiri. "Kau bohong kan? Kau masih bersama dengan anak-anakku kan? Aku telah memberikan kalung kepada mereka, apakah kau menjualnya, hah?!"

"Mereka sudah di adopsi. Kenapa kalian membuang anak yang tidak berdosa? Kemana saja kalian selama ini? Kenapa kalian baru mencari mereka? Tega sekali kalian membuang anak demi reputasi keluarga kalian terjaga."

Wanita itu menggeleng, itu bukan salah satu alasan mengapa dirinya membuang kedua putrinya di depan club puluhan tahun lalu.

"Aku tidak siap, aku hancur saat itu, aku benar-benar kecawa kepada diriku sendiri. Aku hanya ingin membuat kedua putriku tinggal sederhana. Aku sungguh tidak ingin membebani kedua putriku karena hancurnya aku."

Eunso tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh wanita kaya ini. "Jadi, apa mau mu nyonya? Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan mereka."

"Apakah kau yakin? Aku mohon, beritahukan aku dimana kedua putriku." Wanita itu berlutut di kaki Eunso.

•••


Batu nisan bertulisan Chandani tertera di sana. Sepasang suami istri itu menangis sejadi-jadinya. "Maafkan aku..." Eunso hanya bisa menunduk melihat kedua pasangan suami istri ini meratapi kesalahan mereka.

"Hiks... dimana Chania? Aku memiliki dua putri, dimana dia sekarang?!"

Kerah baju Eunso di goyang-goyang oleh wanita itu. "Sudah sayang, tenanglah."

"Dimana Chania! Aku hanya ingin putriku..." wanita itu lagi-lagi duduk berlutut di depan Eunso.

"Aku tidak tahu."

Wanita itu berdiri menghadap sang suami, wajah sendunya memohon kepada sang suami. "Kita harus mencari Chania, kita harus cari dia!"

"Iya, kita akan mencarinya segera."

Buk

Buk

Buk

Wanita itu memukuli dada bidang sang suami. "Aku ingin sekarang juga... aku ingin sekarang!"

"Tenanglah, kita akan menemukannya dengan cepat sayang."

"Maafkan aku... hiks... hiks..."

Eunso bisa merasakan sosok ibu kandung di dalam wanita itu. Meskipun Eunsolah yang merawat Chandani dan Chania tapi tidak bisa di pungkiri bahwa rahim wanita bermarga lee itu pernah menjadi tempat berkembangnya si kembar Cha.

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang