18

1.1K 93 18
                                    

=
=
=


Tuk!

Chania menutup laptop milik Mark secara tiba-tiba, setelah Mark jatuh pingsan beberapa hari yang lalu, kini Mark sudah mulai pulih kembali.

"Paman." Mark yang sedikit terkejut pun mengerutkan keningnya dan menatap Chania penuh tanda tanya. "Paman, keningnya jangan di kerutin gitu, nanti cepet tua loh."

"Katakan, apa yang kau mau, hm?"

"Nggak ada. Tapi paman, ini udah malem. Kenapa paman masih ada di sini?"

"Huft, jika kau tidak menutup laptopku. Mungkin sekarang juga aku akan tidur."

Chania pun terheran. "Kenapa?"

"Pergilah, aku sedang tidak ingin bermain." Titah Mark.

"Yaudah, paman harus tidur pokonya, supaya paman nggak sakit kaya kemarin lagi." ucap Chania sebelum dia pergi dari ruang Mark.

Setelah Chania pergi, Laptop mahal itu Mark buka kembali. Mark gulir kembali profil seseorang di layar laptopnya.

"Jadi... selama ini..."

•••


Siang kini keluarga Jung tengah menikmati makan siang di meja makan. Terlihat ada Chania, Jasmin, Renata, Chelsse dan juga Mark tengah fokus dengan makanannya masing-masing.

Hingga akhirnya Chelsse membuka suara. "Ayah, aku dan Ibu akan pergi berbelanja, apakah boleh?"

Mark tidak mengalihkan pandangannya, dia sekilas mengangguk. Renata dan Jasmin yang aneh dengan sikap ayahnya pun saling pandang.

"Baiklah. Oh iya, ayah. Makanan apa yang sering bunda masak dulu untuk ayah? Kita akan membeli bahan-bahannya dan ibu yang akan membuatkannya, iya kan ibu?"

Brak!

Mark menggebarakan meja makan dengan keras dan membuat Chelsse memeluk tubuh Chania ketakutan.

"Ingat, tidak akan ada yang bisa menggantikan bunda kalian, begitupun dengan masakan yang dia buat. Ayah tidak sudi jika Chania yang membuatnya."

Jasmin mengernyit. "Maksud ayah? Ayah, bunda memang tidak pernah tergantikan. Tapi bukan berarti ayah bisa bilang kaya gitu ke ibu dan Chelsse. Kami hanya ingin merasakannya ayah," ucap Jasmin panjang lebar.

"Iya ayah, Chelsse hanya ingin merasakannya, dan Ibu ingin membantu. Tapi ayah malah memarahi Chelsse dan berkata seperti itu kepada ibu." ucap Renata.

Prang!

Piring yang tak bersalah itu kini terpecah belah di lantai. "Ayah muak mendegar kata ibu keluar dari mulut kalian, dan sejak kapan kalian memanggilnya dengan sebutan ibu, Hah?!" Teriak Mark di depan ketiga putrinya.

Chelsse semakin mengeratkan pelukannya, bahkan dia sudah menangis sekarang juga.

"Ayah! Ayah kenapa sih?! Apakah salah jika kita memanggil Chania ibu? Ayah keberatan dengan itu? Jawab ayah!" kini Jasmin membalas tak kalah nyaringnya dengan Mark.

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang