32

697 54 1
                                    

=
=
=


Mark menyeringai, dia benar-benar tidak habis fikir dengan ibu mertuanya sendiri.

"Ibu sungguh menyesal nak."

Mark memalingkan wajahnya. Mark mungkin akan memaklumi jika mertuanya itu menginginkan Chania pulih dari hilang ingatannya dan terbebas dari sindrom yang Chania alami.

Tapi ini? Tidak, mereka bahkan tidak layak di panggil orang tua. Mark sungguh tidak habis fikir, mereka memaksa Chania untuk mengingat masalalu hingga akhirnya Chania dinyatakan kritis.

"Ayah pun menyesal Mark."

Mark mengepalkan kedua tangannya. Sungguh, dia menahan amarah sedari tadi. Jika bukan karena status, Mark pasti akan meluapkannya.

"Ayah!" teriakan Chelsse menggema di lorong rumah sakit. "Ayah, bagaimana keadaan ibu?"

Mark tersenyum lembut dan mengelus surai anak bungsunya itu. Amarah Mark hilang saat telinganya mendengar anak bungsu kesayangannya itu.

"Ibu baik-baik saja." Bohong Mark.

"Syukurlah, maafkan Chelsse ya ayah. Chel kabur dari sekolah." ucapnya sembari menunduk.

Padahal Mark tidak tahu bahwa anaknya ini sedang membolos, tapi anak bungsu ini berbicara jujur.

"Kenapa membolos, hm?"

"Chel rindu ibu." Bagaimana tidak rindu, sudah dua hari Chania dirawat di rumah sakit.

"Lain kalo jangan membolos lagi, ya? Chel cukup doakan ibu saja, jangan membolos seperti ini lagi, oke?"

Itulah yang ditakutkan Mark, selesai dengan dua anaknya kini anak bungsu membuat ulah dengan membolos sekolah.

Jasmin dan Renata, mereka tadi pagi baru saja pulang. Karena Mark memaksa mereka untuk pulang dan beristirahat.

Dengan bantuan Jeno pula, Jasmin bisa pulang. Sedangkan Renata di bujuk sang ayah. Ketiga anak Mark memang tidak bisa jauh dari sang ibu sambung.

Chelsse melirik nenek dan kakek dari sang ibu. "Nenek sama kakek ada di sini juga?"

Kedua orang tua Chania tersenyum dan menerima pelukan dari Chelsse.

"Bagaiman kabarmu, nak?"

"Chel baik nek."

"Syukurlah."

"Oh iya nek, Chel mau tunjukin sesuatu ke nenek."

Chelsse itu sebenarnya anak manja. Dulu dia bengal karena Mark tidak memprioritaskannya, tapi setelah kehadiran Chania di rumah, itu cukup membuat Chelsse sadar bahwa dia disayang oleh kedua orang tuanya.

"Mark, mungkin kita salah, tapi jujur kami ingin yang terbaik untuk anak kami."

Mark menurunkan senyumannya. Kedua orang tua Chania ini baru saja hadir di kehidupan Chania, tapi sikap egoisnya sudah setinggi langit.

"Sudahlah ayah mertua, Mark tidak berhak melarang kalian. Tapi Mark harap, berfikirlah dua kali. Chania anak kandung kalian yang butuh dukungan, bukan paksaan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PaMaN DuDa || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang