(00) Prolog

80 10 7
                                    

Selamat datang di cerita pertama yang aku buat.
Aku disini mau minta dukungan dari kalian juga supaya aku semangat terus.
Oiya semisal nanti alur ceritanya mirip cerita lain, atau kesamaan nama tokoh tempat, itu tidak kesengajaan ya guys
Ini cerita 100000% aku ngarang sendiri
Jadi tolong dimaklumi jika ada yang typo.

____________________________________

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy Reading

🥀🥀🥀

Suara deruan motor menggema di arena balapan. Tempat nya kini mulai ramai karena sebentar lagi akan ada pertandingan balap motor.

"Gue yakin lo menang Ze"

Zea mengangguk membenarkan pernyataan wakilnya. Ia kembali ditantang oleh geng Alex yang sangat ia benci. Zea merupakan ketua geng Sarm yang ia dirikan, meskipun ia hanya seorang perempuan , ia termasuk deretan pembalap yang susah dikalahkan.

Pertandingan hendak dimulai, Zea mulai memakai helm full face nya lalu menaiki motor kesayangannya. Tak lama, disamping Zea sudah ada Alex yang tengah menyeringai.

"Liat aja kali ini, gue pasti menang" Zea tak mengindahkan ucapan Alex. Ia tipikal orang yang sudah sangat percaya diri.

Perempuan dengan membawa bendera tengah berdiri di depan garis start. Setelah perempuan itu memberi aba-aba, kedua motor melaju kencang. Posisinya Alex yang berada di depan, meskipun begitu Zea membiarkan Alex lebih dulu karena ia akan menggunakan kecepatan diatas rata-rata.

Ketika hampir garis finish, Zea mempercepat lajunya diatas rata rata hingga bisa menyalip motor Alex kemudian Zea memasuki garis finish terlebih dahulu meski hanya berjarak 2 meter dengan Alex.

Suara riuhan tepuk tangan  mulai menggema. Tangan Alex kini mengepal kuat, tak Terima dengan kekalahan ini ia pun segera cabut dari arena.

"Kayaknya malu deh" seru Zidan, salah satu anggota Sarm.

Zea melepaskan helmnya lalu tersenyum kearah teman temannya. Ia juga baru sadar jika Alex baru saja pergi. Menurut Zea, Alex terlalu pengecut.

"Keren banget dah lo" Gilang memang tak habis fikir dengan Zea yang selalu bisa menjadi yang terbaik.

"Guys, gue mau balik" Zea membalikkan badannya hendak kembali menaiki motornya.

"Lo gak mau nongkrong dulu, ngerayain kemenangan kita dulu" ajak Gilang, namun hanya dibalas gelengan Zea.

Zea keluar dari area sirkuit, lalu sedikit mempercepat lajunya untuk sampai dirumah.

🥀🥀🥀

Motor Zea kini sampai di pekarangan rumahnya, Zea menyimpan motornya lalu masuk rumah sambil memainkan kunci motor nya.

"Kayaknya Papa sama mama udah tidur jadi aman deh" Zea menaiki tangga hendak menuju ke kamarnya yang di lantai 2.

Cetar

Suara bising itu mampu menghentikan langkah Zea, suara itu berasal dari dapur. Dengan cepat, Zea kembali menuruni anak tangga ingin melihat apa yang terjadi.

Sesampai disana, matanya membulat sempurna. Zea melihat mamanya baru saja di cambuk oleh Wijaya, papanya. Antara ingin menghampiri ataupun tidak, sebenarnya ia tak tega melihat nya.

Kemudian Zea memilih bersembunyi dibalik pintu pembatas antara ruang tamu dan dapur.

"Udah berapa banyak yang udah lo goda??" Suara Wijaya menggema di dapur itu. Raissa hanya menggeleng lemah. 

"Aku gak pernah goda siapapun mas" dari penglihatan Zea, Raissa ketakutan. Selama ini, Zea juga tidak pernah melihat Raissa main di belakang.
Entah apa yang dipikirkan Wijaya sampai sampai menuduh Raissa.

"Mending lo mati aja j*****"

Cetar

Wijaya memberikan cambukan terakhir, lalu berlalu meninggalkan Raissa. Zea cepat cepat bersembunyi di kamar mandi dekat ruang tamu. Zea menduga jika Wijaya akan pergi ke kamarnya.

Setelah Wijaya masuk ke kamar, Zea dengan segera menghampiri mamanya yang tengah merintih. Lalu memeluk erat.

Raissa menoleh kala Zea memeluk nya sangat erat. Raissa tersenyum kecut, ia menduga pasti putrinya melihat kejadian barusan.

"Nak, kamu pasti sudah mendengar tadi. Maafin mama ya belum bisa jadi mama yang baik buat kamu" Ujar Raissa seraya mengelus punggung putrinya.

Zea melonggarkan pelukannya, lalu beralih menatap mata Raissa yang tersirat banyak kesakitan.

"Kenapa mama Minta maaf? Mama gak salah kok sama aku, justru aku sebagai putri mama Minta maaf karena belum punya keberanian buat ngebela mama"

Raissa tersenyum, baginya satu satunya keluarga yang bisa selalu dimengerti hanya Zea, satu satunya yang masih peduli dengan Raissa.

"Kamu jangan kasih tau siapa siapa ya, mama gak mau papa kamu dipenjara. Mama mau istirahat dulu"

"Tapi mama tidur dimana?? Mama jangan tidur sama papa lagi, tidur dikamar aku aja ma"

Raissa menggeleng pelan. Bukan maksud tidak menerima tawaran Zea, tapi satu hal yang ia takutkan. Wijaya. Nama itu selalu menjadi yang paling teringat.

"Nggak bisa sayang, kamu tidur gih, udah jam 12 malam tuh"

Zea menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya. Setelah nya Zea pergi ke kamarnya. Kamar dengan nuansa hitam putih membuat kesan seperti orang misterius.

Zea memilih merebahkan tubuhnya lalu pergi ke alam mimpi.

________________________________________

Segini dulu prolognya.
Oiya tinggalin jejak baca kalian dengan memberi vote dan komen.
Dengan kalian vote dan komen itu artinya kalian menghargai karya orang lain.

Ilzea (Tunda) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang