Akhirnya yang Zea tunggu tunggu adalah keputusan Pak Doni akan tuduhan itu. Kini Ia dan Monica berada di ruang BK, setelah satu hari proses penyelidikan itu, akhirnya dibuatlah akhir dari keputusan.
"Ekhem" Pak Doni menetralkan suasana yang begitu tegang. Monica mencoba tenang meskipun dalam hatinya ketakutan yang luar biasa.
Beda dengan Zea, wajahnya tetap tenang sekalipun dalam keadaan mendesak. Itu merupakan salah satu kelebihan Zea.
"Baik, bapak akan memutuskan siapa yang salah. Sekarang bapak mau bertanya dulu pada Zea" Perhatian Pak Doni mengarah ke Zea.
"Apa tujuan kamu mencuri dompet dan hape milik Monica?" Tanya Pak Doni setenang mungkin. Zea terkejut, kenapa sekarang dirinya yang jadi tuduhan lagi? Jelas jelas yang ia kirimkan adalah video cctv.
"Tapi pak buka-"
"Jawab pertanyaan saya" Pak Doni yang tadi tenang berubah dingin.
"Eee itu" Zea mencoba mengawang awang apa yang harus ia ucapkan, dalam benak hatinya ia tidak menemukan jawabannya dan berakhir menjawab asal.
"Saya gabut pak" balasnya asal. Meja didepan Pak Doni didobrak begitu keras, yang mampu membuat kedua siswi di depannya terkejut.
"Ee- kenapa Pak? Ada yang salah dengan perkataan saya tadi?" Ujar Zea memberanikan diri.
"Jawaban kamu diluar nalar, bagaimana mungkin kamu melakukannya karena kegabutan mu? Hah" Pak Doni tak habis fikir dengan Zea. Perhatiannya beralih pada Monica.
"Monica, bisa kah kamu memberitahu bapak penyebab dari kamu melakukan tuduhan ini? Padahal guru guru disini sangat menghormati mu karena kamu anak berbakat dan berprestasi"
Monica menghembuskan nafas perlahan, lalu mendongak menghadap Pak Doni.
"Saya... Emmm saya.... " aduh, Monica kehilangan kata kata, ia tak bisa cepat dalam berpikir ketika keadaan mendesak.
"Saya juga gabut Pak" jawabnya ngikut seperti Zea, hal itu tentu saja membuat Zea mendelik.
"Apa-" ucapan Zea terhenti kala Pak Doni mengangkat satu tangannya kedepan Zea.
"Baiklah, kalian berdua siap menerima konsekuensi nya kan?" Zea mengangguk mantap dan sudah yakin bahwa dirinya tidak salah, berbeda dengan Monica yang hanya mengangguk ragu ragu.
"Silakan Monica kembali ke kelasnya, saya ingin bicara dengan Zea seorang" pinta Pak Doni. Monica yang awalnya menahan ketakutan akhirnya bisa tenang.
Berbeda dengan Zea, Zea kini sudah panik tak karuan.
"Baik Pak" Setelah Monica keluar, Pak Doni mengambil sebuah flash disk yang kemaren Zea berikan pada Pak Doni.
"Saya tanya lagi, apa motif kamu mencuri Zea?"
Zea menunduk, bingung harus menjawab apa. Memang bukan dirinya tapi kenapa semakin kesini semakin tertuduh.
"Pak, jujur saya tidak pernah melakukan pencurian kayak gini cuma sekedar pencurian makanan pernah aja sih"
"Saya nanya nya bukan itu"
"Iya Pak, saya tau itu bukan jawabannya tapi bisakah bapak menjelaskan apakah disini saya yang salah? " ia menahan mati matian amarah yang dihatinya. Rasanya ia ingin pergi dari dunia.
"Kamu masih tidak mau mengaku?lalu,kamu juga tidak mau mengaku kalau video yang kamu kasih itu editan? Hah? " Suara Pak Doni semakin menusuk di hati Zea.
Yang namanya Zea, ia tak akan pernah mengakui jika itu bukan kesalahannya. Lagi lagi Zea diam, ia takut. Entah kenapa ia sangat takut jika ia dikeluarkan dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
Fiksi RemajaMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...