(17) Dua Kejadian

14 5 0
                                    

Zea berjalan kearah jalanan yang mulai sepi, entah ini sudah jam berapa ia pun tak tau. Berulang kali ia menghela nafas lelah. Ia terus berjalan mengikuti dimana mobil Aksa melaju.

Jalanan benar-benar sepi, ia istirahat sejenak di sebuah halte sekolah yang dilewati nya. Ia hanya sedikit takut sendirian, tapi ia lebih takut apa yang terjadi pada Jinny meskipun ia belum mengetahui nya.

Tiba-tiba, entah darimana datang lelaki bertubuh tinggi duduk di samping Zea membuat ia terkejut. Matanya membulat sempurna melihat musuhnya yang begitu mengincarnya.

Ia segera menepis tangan Axel yang ingin merangkulnya. Lalu menghindar tiga kotak lantai. Alex tersenyum miring, sepertinya adalah waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya.

"Yaelah, lo takut sama gue? Huh" Alex mendecih membuat Zea menggeram.

"Gue gak takut sama lo ya, gue cuma kaget aja" Alex tertawa, padahal menurutnya tidak ada yang lucu dari perkataannya.

"Gue cuma mau ngasih tau, ada musuh dibalik selimut. Gue harap lo hati hati sama musuh lo itu. Musuh lo gak cuma gue, gue ngasih tau ini biar lo punya persiapan" dilanjut dengan kekehan Alex.

Dahi Zea mengerut, ada kata kata yang membuatnya tak faham. Namun ia hanya mengangguk. Lain kali ia akan memikirkan nya lagi.

"Serius banget mukanya, gue duel lo balapan. Mau?"

"Motor gue di bengkel, gue juga sedang mode malas. Lo itu kenapa sih, selalu cari ribut sama gue"

"Kalau lo mau akuin kekalahan lo di depan semua komunitas geng motor, gue gak akan cari ribut lagi sama lo"

Tanpa aba-aba, Zea meninju rahang Alex hingga Alex jatuh tersungkur. Alex tersenyum sinis. Perasaan Zea mulai tak enak, dalam hatinya ia diminta untuk segera pergi menjauhi Alex. Namun kakinya seakan kamu untuk ia gerakkan.

"Ayo pukul gue lagi Zea" titah Alex. Zea diam, ia tidak mengangguk dan juga tidak menggeleng. Perasaan tak enaknya bertambah. Ia melihat sekeliling, matanya membulat sempurna.

Ia melihat anak buah Alex yang juga tengah diam diam sembunyi, yah mata Zea sangat jeli. Lagi dan lagi, ia melihat anak buah Alex di setiap bawah lampu jalanan.

Sepertinya ia dikepung, tangannya terkepal kuat. Licik, disaat sendirian Alex mengepungnya. Alex tertawa kencang melihat ekspresi Zea yang menurutnya lucu. Padahal Zea sedang memakai wajah marah.

"Ternyata lo udah paham kan, lo gerak dikit nyawa lo terancam."

Bugh

Zea kembali meninju perut Alex sampai ia terjatuh. Bukannya meringis, Alex malah tertawa. Hal itu mampu membuat bulu kuduk Zea merinding.

Srek

Baru balik badan, ia sudah di kerumini oleh anak buah Alex. Zea memang tidak terlalu pandai dalam berkelahi, namun hanya beberapa jurus yang ia kuasai.

Satu pukulan melayang di udara saat Zea menghindar, gerakannya sangat cepat seolah olah tidak ada celah untuk bernafas sedikitpun. Zea mulai menendang perut anak buah yang mendekatinya, lalu memukul tengkuknya hingga jatuh tersungkur.

Teman teman dari anak buah Alex tak tinggal diam. Ada yang hampir memukul kepala Zea namun Zea dengan sigap menghindar.

Bugh

Bugh

Suara pukulan demi pukulan terdengar di jalanan sepi itu. Zea terjatuh lemas setelah bertarung, hey bayangkan jika 1 lawan 7 itu tidak sebanding.

Plak

Tamparan terakhir mendarat di pipi mulus Zea hingga ia tak sadarkan diri. Alex tersenyum menyeringai.

"Bawa dia" titah Alex yang diangguki semua anak buahnya.

🥀🥀🥀

"Aduh" Jinny merintih kesakitan saat perutnya mulai dililit rasa nyeri. Tadi setelah ia menemukan toilet, ia langsung memuntahkan semua isi perutnya. Hingga sekarang ia terlihat sangat lemas.

"Hey bit*h" Jinny terkejut mendengar penuturan seseorang yang membuatnya trauma. Ia menoleh, ia tertegun bukan hanya 1atau 2 orang , namun 5 orang sudah ada di toilet.

Jinny was-was, trauma akan masa lalu datang membuatnya tidak bisa bergerak. Adi, bos diantara mereka mendekati Jinny yang sedang mundur perlahan.

"Masih inget gue ternyata" Jinny terus mundur hingga terbentur pada dinding toilet.

Adi hampir menyentuh dagu Jinny, namun dengan sigap Jinny menendang alat sensitif Adi hingga Adi mengerang kesakitan. Melihat bosnya kesakitan, mereka langsung menghampiri bosnya

Hal itu adalah kesempatan Jinny untuk keluar dari toilet. Melihat Jinny keluar, Adi menggeram marah pada anak buahnya.

"Kenapa kalian tidak mengejar dia?? KEJAR SEKARANG SAMPAI DAPAT" Titah Adi yang langsung diangguki.

Nafas Jinny memburu, ia menoleh kebelakang yang ternyata anak buah Adi mengejarnya. Keringat semakin membanjiri di dahinya. Matanya memicing saat melihat Gilang yang juga sedang disini.

Jinny segera berlari kearah Gilang sambil sesekali meneriaki nya. Gilang sempat mendengar ada yang memanggil namanya, baru saja berbalik ia merasakan ada yang memeluknya.

"Gilang, tolongin gue" Tubuh Jinny bergetar, suara anak buah Adi yang mulai mendekat membuatnya semakin mempererat pelukannya.

Gilang yang tak paham ikut menoleh arah pandang Jinny, kemudian ia mengangguk paham.

"Woy, serahkan dia kepada kami. Jangan ikut campur" teriak Rio, salah satu anak buah Adi.

Gilang tersenyum sinis.

"Apa hubungan lo sama Jinny hah? Sampai  kapanpun gue gak akan pernah serahin Jinny ke kalian semua" Tegasnya membuat Jinny tak sadar mengangkat kedua sudut bibirnya.

Rio memberi kode untuk segera mengepung Gilang. Terjadilah aksi pertengkaran, Jinny sudah melepaskan pelukannya. Ia berada di belakang Gilang karena Gilang yang menyuruhnya.

3 orang kini mengepung Gilang, sedangkan Rio mendekati Jinny yang tak sadar kehadirannya. Tubuh Jinny menegang, tiba tiba saja pinggangnya ditarik Rio.

Setelah melumpuhkan 3 anak buah Adi, Gilang terkejut karena Rio sudah berada di dekat Jinny, tanpa menunggu lama. Ia langsung memukul habis habisan Rio hingga Rio tak dapat celah untuk menyerang.

Nafas Jinny tak teratur, tubuhnya bergetar ketakutan. Ia melihat dengan kepala sendiri, Gilang menghabisi Rio habis habisan. Tak lama, ia pun tak sadarkan diri. Hal itu mampu membuat Gilang segera mengangkat Jinny.

Ia meninggalkan Rio yang sudah terkapar, untung saja ini wilayah yang bagian belakang yang tidak ditempati banyak pengunjung.

Gilang segera menelepon Aksa untuk segera datang ke pasar malam. Dengan langkah tergopoh gopoh, ia sedikit berlari ke luar pasar malam. Namun, pendengaran nya mendengar seseorang yang memanggil nya. Berakhir ia abaikan dan ia segera masuk ke dalam mobil Aksa.

__________________

Update new...

Teman teman, tolong ya hargain karya aku dengan cara ngasih vote dan komentar terserah.

Kalian tau gak sih, kalian sama aja gak ngehargain karya aku, minimal nih ya vote.

Udahan dulu, besok aku up lagi kalau gak sibuk 😄
#Tbc

Ilzea (Tunda) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang