"Lo gakpapa lang?" Zea menghampiri Gilang yang sedang merintih kesakitan di bagian punggungnya. Gilang menatap sesaat pada Zea, lalu merintih kembali.
Zea memapah Gilang untuk masuk kedalam markas.
Pukul 9 malam, markas sudah kembali aman. Kini beberapa anggota mulai mengobati dirinya masing-masing.Zea mengambil kotak p3k yang memang selalu sedia disiapkan. Zea meneteskan obat pada punggung Gilang, memang punggung Gilang tadi sempat di pukul dengan kayu hingga ia lepas kendali fokus.
Dengan telaten, Zea membersihkan luka itu sesekali menekan pada setiap luka hingga membuat Gilang merintih kesakitan.
"Udah nih, jangan banyak gerak" perintahnya. Zea mengembalikan kotak P3K ke tempat semula.
"Thanks Zea" Tanpa menoleh, Zea mengacungkan jari jempolnya.
Zea melihat sekeliling markas, berkali kali Zea berdecih. Mereka yang tadi menyerang markas Zea adalah Kelompok gengnya Alex.
Banyak kerusakan yang dibuat, mulai dari pagar markas yang ambruk, beberapa tanaman diinjak kasar, dinding luar markas terdapat garis garis, dan didalamnya juga berantakan bahkan ada juga darah disana.
Zea menghela nafas, dari jam 5 ia tak henti hentinya berkecamuk dalam penyerangan. Penyerangan ini, Zea berharap penyerangan ini yang terakhir.
Zea melirih jam di hp nya, ia menepuk jidatnya karena lupa memberi tau mamanya. Lalu, tanpa berlama lama Zea segera melakukan panggilan telepon.
"Halo ma"
"Iya nak? Kenapa gak kasih kabar mama? Mama khawatir tau"
"Maaf ma, tadi ada tugas kelompok, sekalian main kerumah nya temen"
Zea sengaja berbohong, alasannya ia takut jika mamanya terlalu khawatir hingga tidak memperbolehkan nya untuk tetap ikut geng.
"Kapan pulang nya? Pagi? Atau sekalian nginep?"
"Zea pulang kok, tapi agak kemaleman"
"Mending gak usah pulang kalau malam, mama takut kamu kenapa kenapa. Di rumah temen mu aja dulu"
"Tapi, nanti mama sendirian dirumah"
"Gakpapa nak, mama bisa jaga sendiri"
"Apa Zea minta anggota buat jagain mama? "
"Eugh- gakpa-pa nak gak usah. Mama tu-tup dulu"
Setelah nya sambungan terputus. Kening Zea saling bertautan, ia sedikit aneh kenapa mamanya tadi terbata bata.
"Zea, lo gak pulang kan?” pandangan Zea beralih pada seseorang yang baru saja memanggilnya.
"Kayaknya iya deh, tapi gue bisa minta tolong sama kalian gak? Mama gue dirumah sendirian. Minta tolong awasi aja"
Danil mengangguk, lalu segera berbalik menemui para anggota nya. Zea pun mengumpulkan anggotanya untuk kumpul di ruang tengah.
Markas yang didiami Zea, itu berlantai 2. Lantai pertama diisi dengan kamar para laki laki yang didalamnya difasilitasi kasur untuk satu orang. Selain itu juga ada ruang tengah sebagai tempat berkumpul.
Lantai 2, kamar perempuan dan dapur. Oiya di lantai satu juga ada tempat untuk Gym. Satu lagi ruang gamers atau Ps di lantai 2.
Semuanya kini sudah berkumpul di ruang tengah. Jumlah seluruh anggota SARM jika digabung dengan anggota inti berjumlah kurang lebih 70 orang.
"Maaf semuanya atas kekacauan ini, gue dateng terlambat. Maaf juga karna belum bisa siap siaga. Oiya Gue mau ngomong, pembahasan geng kita"
"Kita belum membentuk anggota PMR, dengan adanya anggota PMR akan membantu anggota yang terluka. Disini adalah yang berminat menjadi anggota PMR?"
Zea menatap sekitar, ada 5 orang yang bersedia menjadi anggota PMR.
"Untuk kalian 5 orang, ketentuan kalian masuk anggota PMR adalah kalian harus ijin dulu sama pacar jika punya, takutnya pacarnya cemburu, kalian tidak diwajibkan untuk ikut dalam penyerangan manapun. Kalian harus siap siaga jika ada yang terluka. Apakah kalian paham?"
5 orang tadi mengangguk paham. Kini, Zea membagikan tugas untuk membersihkan markas. Markas benar benar kacau berantakan.
"Mereka banci sih, pake langsung nyerang markas" oceh Ale. Disamping Ale ada Jihan yang keduanya tengah membersihkan bagian halaman.
"Hm" Jihan hanya membalas deheman, ini sudah ke 10 kalinya Ale berkata seperti itu membuat telinga Jihan terasa sempit.
🥀🥀🥀
Huft. Akhirnya pembersihan Markas sudah selesai, namun ada beberapa yang perlu diganti. Zea kini merebahkan tubuhnya diatas karpet yang berada di ruang depan.
"Gue capek banget" keluhnya.
Pandangan Zea beralih mencari Jinny, namun ia tak melihat keberadaan Jinny. Ia bertanya pada Danil dan hanya dijawab acuhan bahu.
Tiba tiba saja, ada panggilan terhubung dari telepon Danil.
"...... "
"Oke awasi aja terus"
Setelahnya Danil memutuskan panggilan sepihak, lalu menatap Zea yang kini juga bertanya tanya padanya.
"Ikut gue keluar sekarang"
________
Sepertinya cukup segini dulu ya teman...
Ayo bantu ramaikan cerita ku ini..
Kasih feedback berupa vote dan komen....Yang kemaren lupain aja tentang tembusan itu, gakpapa aku bakal terus update kok..
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
Teen FictionMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...