(34) Aku dan masa laluku

7 4 1
                                    

Tatapan Jinny kosong, meskipun di depannya terdapat banyak anak-anak yang bersenda gurau hingga tertawa, tidak dapat membuat Jinny bersemangat.

Ia berada di taman. Padahal ini sudah sore dan hampir malam.

"Kakak cantik, kenapa kakak sedih?" Salah satu anak perempuan cantik dengan rambutnya yang dikuncir kuda menghampiri Jinny.

Bukannya menjawab, Jinny malah menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Kejadian yang disebut Om Liam tadi serasa nyata, padahal ia tidak mengingatnya.

"Kakak cantik, aku punya permen kecil ini. Kakak cantik mau?" tawar anak itu sambil memperlihatkan permen coklat yang ukurannya sangat pas di tangan anak itu.

Perlahan Jinny mendongak kepalanya untuk melihat anak itu. Ia tersenyum tipis, lalu segera mengambil permen coklat itu.

"Kakak jangan sedih lagi ya, soalnya Allah selalu bersama mu kak. Kakak aku pamit dulu ya, udah mau malam. Kakak juga harus pulang"

Anak itu melambaikan tangan nya pada Jinny, kemudian ia melanjutkan larinya sampai di pekarangan rumahnya yang memang rumahnya dekat dengan taman.

"Allah? Masih bolehkan aku menyebut-Nya?" Gumamnya. Ia tersenyum sinis.

"Bagaimana mungkin Allah bersamaku, jika Allah tidak memberikan ku takdir seperti ini"

Jinny membuka bungkus permen, lalu memakannya. Rasanya manis sekali. Entah kenapa air matanya turun begitu saja tanpa aba-aba.

"Ayah, aku mau itu mau itu" tunjuk anak kecil yang sekiranya berumur 7 tahun itu. Ayah anak itu mengangguk, lalu dengan pelan-pelan ia menggendong anaknya.

"Ayo nak, kita beli permen" Ibu dari anak itu melotot tajam ke arah suaminya. Bisa-bisanya suaminya mengizinkan membeli permen yang bisa merusak gigi anaknya.

"Gakpapa sayang, belikan aja. Sedikit saja, anak kita belum pernah memakan permen coklat. Janji deh kalau giginya sakit, ayah tanggung jawab" Ibu mendengus kesal, lalu mengangguk sebagai tanda di perbolehkan.

"Terimakasih ayah" sorak anak itu senang setelah membeli permen coklat. Dengan lahap anak itu memakannya sampai belepotan.

"Aduh, anak ayah makannya belepotan" dengan telaten, ayah membersihkan sisa coklat yang ada di pinggir bibir anaknya.

Jinny merasa baru saja mengingat sesuatu, ia memegang kepalanya yang terasa pening.

🥀🥀🥀

Di dalam sebuah gedung yang bernuansa hitam pekat itu, terdapat seorang pria yang duduk menghadap jendela yang memperlihatkan bulan purnama yang begitu terang, sesekali ia mengetuk jarinya karna bosan.

Bukan hanya seorang saja, namun ada satu orang lagi yang berada di belakang pria itu. Ia berharap pria itu segera menjawab nya.

"Bagaimana bos?" Alex, membenarkan poninya yang sedikit menghalangi pandangannya.

"Jadi, kamu mau melindungi nya?" suara yang sangat bass dan dingin sebagai jawabannya itu membuat Alex mengangguk.

"Saya kecewa telah berkolaborasi dengan mu Alex, tapi bisakah kamu memberikan solusi lain?"

"Gue baru saja dapat informasi, kejadian 6 tahun lalu di hotel Safari yang merenggut nyawa kedua orang tua sahabatnya"

"Lalu?"

"Gue tau kalau bos pasti juga pernah diundang ke acara di hotel tersebut, apalagi bos adalah orang yang sibuk bisnis"

Ilzea (Tunda) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang