(05) Balapan

30 8 0
                                    

Malam pukul 11.00

Zea masih pada posisi tempatnya, menghadap 2 laptop, ia duduk disofa. Sudah 2 jam dia mencari informasi tentang tuduhan itu. Selama mencari, ia harus berpikir dua kali.

Ia juga sudah meretas semua CCTV disekolah nya, namun hasilnya sama dengan sebelumnya. Tak masuk akal.

Dalam video CCTV,ia mengambil video hari kemaren juga hari ini, memperlihatkan Moni sedang bersenda gurau dengan temannya. Sampai di kelas tidak ada tanda apa apa.

Semua dihari kemaren tidak ada yang mencurigakan. Lalu terlintas di pikiran nya untuk melihat rekaman selama 1 bulan ia tidak sekolah.

Lagi dan lagi ia tak menemukan jawabannya. Zea menggeram kesal. Ia hampir saja membanting laptopnya.

"Aneh, si mon mon gak mungkin ngerusakin hapenya sendiri sih, mana mau dia ngerusakin hp nya sendiri. Otomatis ada orang suruhan punya dendam sama gue"

Zea mengetuk ngetuk jarinya didagu. Mencoba berfikir keras.

"Kalau emang dia disuruh, berarti bukan anak SMA 1 BANGSA dong, anak sekolah lain? Apa musuh gue sih, si acel?"

Ah, Zea semakin bingung, ia sudah mendapat petunjuk namun tersendat. Tiba tiba ada notif dari nomor tak dikenal.

08xxxxxxxx

Gue tantang lo sekali lagi
Lo gak dateng lo gue anggap kalah

Zea menghela nafas, ia benar benar lelah hari ini. Ia memutuskan untuk mengakhiri pencarian informasi. Ia memasukkan 2 laptopnya kedalam tas, lalu menyimpannya di sofa.

Ia mengambil kunci dari dalam sakunya. Zea menghampiri mamanya yang tengah terlelap tidur. Ia mengecup pelipis Raissa yang kemudian dia meninggalkan kamar Raissa.

Sepanjang naik motor, pikiran nya tertuju pada Jinny, bukannya seharusnya Jinny mengingatkannya untuk datang. Tapi ini tidak?

Tak ia ketahui ternyata ia sudah berada di depan arena balapan. Ia menghampiri teman temannya yang sepertinya tengah menunggu.

"Katanya lo gak kesini ze"

Zidan, lelaki yang berperawakan tinggi, salah satu anggota geng SARM itu tengah memasukkan kedua tangannya pada kedua saku di celananya.

"Gue ditantang, mana mau gue mundur"

"Ditantang Alex?" Gilang ikut bertanya. Sedari tadi geng SARM juga disuruh geng Alex untuk menunggu di Arena. Tapi tidak diketahui apa maksud dari Alex.

Zea mengangguk. Tangannya ia lapisi dengan handsock, jaketnya yang mini juga jeansnya yang robek dibagian lututnya.

"Gue harap lo tetap hati hati Ze"

Zea mengangguk. Ia menelisir anggotanya yang terlihat hanya separuh dari seluruhnya.

"Kok cuma segini yang disini?"

"Gue minta setengah buat di markas, buat jaga jaga aja"

Zea mengangguk ngangguk. Namun, ia tak melihat keberadaan Jinny. Ia melihat jam di hpnya, masih ada waktu 15 menit untuk mulai pertandingan. Ia membuka aplikasi whatsapp nya, lalu mengirim sebuah pesan.

My Jinny

Hey Jin?
Katanya lo kesini?
Lo gak nungguin gue?
Lo lagi di markas ya?

Pesan itu hanya centang 1, entah apa yang sedang dilakukan Jinny, jelas membuat Zea menghela nafas panjang.

Akhirnya ia memutuskan bertanya pada Gilang.
"Lang, Jinny ada di Markas gak?"

Ilzea (Tunda) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang