"Udah nyampe, turun neng" Jinny sehabis mengantarkan Zea ke rumahnya sambil berdrama menjadi tukang ojek.
"Makasih Jin" selepas Zea memberikan helmnya kepada Jinny, lalu menyugar poninya yang menghalangi pandangannya.
"Eitt bayar dulu neng" Zea mendelik melihat sahabat nya yang sudah mengulurkan tangannya untuk menerima uang.
Pletak.
Zea menyentil jidat Jinny pelan, lalu memasang wajah datar. Jinny meringis seketika. Ia mengusap usap jidatnya akibat ulah Zea meskipun pelan ~anggap saja ia berpura berpura kesakitan.
"Aduh, jahat banget sih sama sahabatnya sendiri" gerutunya sesekali melirik Zea yang masih memasang wajah datar.
"Lo nya aja gak tulus nganterin gue. Yaudah nih dua puluh ribu. Cukupkan?" Dengan wajah yang semangat, Jinny menerima imbalan dari Zea. Ia mengangguk meskipun dalam hatinya bilang bahwa uang itu tidak cukup. Mengingat kondisi Zea, Jinny memakluminya.
"Utu utu utu.., makasih my bestong, oiya nanti malem rencananya gue mau ajak lo ke pasar malam. Mau?"
Jinny sengaja menawarkannya karena waktu itu ia pernah menjanjikan pergi ke pasar malam bersama, dihari dimana Zea mendapatkan kekalahan pertama.
"Ya sebagai ganti janji gue kemaren" Jinny menaik turunkan alisnya, ia yakin pasti Zea akan terbujuk.
"Oke, gue mau. Tapi, beneran janjinya" Zea mengacungkan jari kelingking nya sebagai tanda perjanjian.
"Janji" Jinny ikut menyatukan jari kelingking nya dengan jari kelingking Zea.
"Yaudah, gue mau pulang dulu. Capek seharian main ps sama achel dan berakhir gue kalah" Zea tertawa, Achel atau Rachel ia adalah ratu PS, bahkan Zea sendiri tak mampu mengalahkannya. hanya Zidan yang mampu mengalahkan nya.
"Oke, hati hati my bestong" Jinny melirik Zea karena penggunaan nama yang sama yaitu 'bestong' atau sebenarnya kata itu adalah 'besti'.
Zea melambaikan tangannnya diikuti Jinny yang mulai menjauh dari pekarangan rumah Zea. Zea ingin cepat cepat masuk dan menunggu malam, jujur ia tak sabar dengan janji Jinny.
Ia memasuki rumahnya, melepas sepatunya lalu melemparkan tasnya asal. Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Zea meskipun sering kali diingatkan Mamanya.
Ia berjalan ke kasur miliknya, tidak terlalu besar dan tidak sebesar kasur yang ia pakai ketika di rumah papanya.
Suara teriakan dari lantai bawah berhasil membuat Zea yang hendak menutup mata terbuka kembali. Teriakan itu teriakan Raissa, siapa lagi? Dengan langkah malas, ia turun kebawah menemui mamanya.
🥀🥀🥀
Plak
Suara tamparan itu menguar di ruang tamu. Zea memegang pipinya yang terasa panas dan merah. Raissa menatap marah pada Zea, Zea bahkan tak tau menahu kenapa Raissa marah.
"Kamu ini ya" Raissa menekankan setiap ucapannya bahwa ia benar-benar marah. Ia mencengkram pipi Zea hingga kuku kuku itu menggores kulit Zea.
"Aws" ringis Zea. Tanpa perasaan, Raissa mendorong Zea hingga ia tersungkur dan berakhir kejedot sudut lemari.
"Aws" lagi lagi ia meringis pelan, tangannya keatas untuk mengusap kepalanya sendiri, tapi benda cair yang keluar mampu membuat nya terdiam.
"Kamu ini ya, malu maluin mama tau gak sih. Dari kecil udah disekolahin, dibiayain sana sini biar pinter malah kelakuannya gak kebayar. Gimana sih" Zea menutup mulutnya rapat rapat, sekarang ia tau alasan dibalik Raissa marah.
Tentu saja kejadian tadi pagi yang sempat ia lupakan. Raissa menunjuk nunjuk kening Zea hingga anak itu kembali mundur.
Matanya kian memanas dan berkaca kaca , sekedip saja mampu membuat air matanya terjatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan mamanya.
"Ma-ma ma-afin Zea" Zea bersujud di hadapan mamanya. Yang harus kalian tau, memang sejak kecil Zea dipaksa belajar IT, padahal yang saat itu ia berumur 5 tahun. Hei? Mana mungkin anak sekecil itu disuruh belajar angka?.
Karena terus dipaksa dan diancam, ia pun menurut. Hingga ia benar benar menjadi seorang IT. kehidupannya biasa saja, terkadang harus dihukum karena tidak belajar atau karena ketiduran.
Lalu kenapa waktu perceraian sama sekali tak terlihat kelakuannya, karena sifat manusia hanya sementara.
"Mama gak mau tau, kamu harus sekolah dan gak boleh sampai dikeluarkan, apa jadinya jika nanti mama dikucilkan karena anaknya dikeluarkan dari sekolah? "
Raissa menatap malas pada Zea, lagi lagi ia mendorong Zea hingga anak itu kembali ke posisi awalnya.
"Kalau masih sama, mama gak akan pernah akuin kamu sebagai anak mama" ketusnya lalu berlalu meninggalkan Zea yang masih mencerna setiap ucapan mamanya.
"akhhh" teriak Zea frustasi. Ini yang ditakutkan Zea, ditinggal mamanya adalah hal yang menakutkan.
"Apa masih ada harapan? " tanya nya pada diri sendiri. Ia mengusap darah yang keluar dari pelipis nya.
Ia berjalan tertatih-tatih ke arah kamarnya yang dilantai dua.
Ceklek
Pintu terbuka, kasur yang tadi sempat ia hiraukan kini kembali kepadanya, tanpa aba aba tubuhnya ambruk di kasur. Tak peduli dengan luka di kepalanya, ia ingin istirahat.
Rasanya kepalanya ingin benar benar pecah, bagaimana ia akan meminta pengajuan kembali ke sekolah, ah ia jadi takut untuk datang sekolah. Matanya tertutup namun pikiran nya kemana mana,
"Gak papa, mama pantes marah. Gue anak sial ya" gumamnya setengah sadar, tak lama ia terbawa ke dalam alam mimpi.
🥀🥀🥀
Malam yang indah, saat ini Zea tengah berkaca melihat hoodie yang ia pakai sama dengan Jinny, ya mereka berdua memang berjanji untuk memakai baju couple.
Masalah luka dikepalanya sudah ia urus, ia memakai topi hitam untuk menutupi lukanya, lukanya memang besar tapi tidak dalam.
"Akhirnya gue udah nunggu nunggu" Zea berjalan keluar dari kamarnya, niatnya ingin berpamitan pada Raissa namun terhenti saat ia mendengar Raissa tertawa puas bahkan sedang berceloteh namun entah dengan siapa.
Dengan sigap, ia mengeluarkan ponselnya dan mendekat kannya pada pintu lalu merekamnya.
Dirasa cukup, ia pun turun. Niat awalnya ia batalkan dengan pertanyaan.
"Mama telpon sama siapa ya, kalau misal papa manggilnya bukan sayang tapi sweetie"
"Tapi kenapa mama di dengar suaranya sangat gembira ya! "
"Apa ada yang disembunyiin mama ya"
Sepanjang menunggu Jinny datang, ia terus memikirkan pertanyaan yang membuatnya pusing. Tak lama yang ditunggu pun datang. Jinny dan Zea sama sama terkejut, lihat kenapa harus sama persis padahal keduanya hanya ingin memakai hoodie couple.
"Kok sama" pekik keduanya, lalu tersadar kemudian tertawa renyah.
"Udah gak papa namanya juga kebetulan" Jinny meminta Zea untuk segera naik ke atas motornya.
_______________________
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
Teen FictionMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...