Di langit sana, awan terlihat menyembunyikan matahari, angin yang berhembus kencang mampu membuat jendela kamar seorang gadis terbuka lebar.
angin berhembus menerpa gadis itu, rambutnya ikut bergoyang. Hal itu membuat sangat gadis membuka matanya. Tangannya langsung memeluk tubuh mungilnya, dingin sekali hawanya.
Zea menggigil, ia menarik selimut nya kembali keatas menutup kepalanya. Zea mengambil handphone nya yang tergeletak di nakas, lalu melihat jam digital disana.
06.30
Mata Zea melotot, selimut nya ia lemparkan sembarang arah. Sekarang ia tak peduli dengan dirinya yang kegigilan. Meraih knop pintu jendela lalu menutupnya.
Ia segera mandi sebelum terlambat sekolah. Hanya butuh 5 menit Zea melakukan ritual mandinya. Ia juga sudah memakai seragam, rambutnya ia ikat satu.
Ia bergegas mengambil tasnya lalu turun kebawah.
Di penghujung tangga, ia terus terusan berteriak memanggil mamanya."Ada apa sih nak kok teriak teriak, mama di dapur" sahut Raissa. Zea menoleh mendapati mamanya sudah berjalan seperti biasanya.
"Mama kenapa gak bangunin Zea?"
Raissa menoleh pada Zea, ia juga terkejut kalau Zea berpakaian serapi itu padahal biasanya urak urakan.
"Lho mama kira kamu gak berangkat sekolah, soalnya mama kemaren liat kamu kecapean banget.. Mama gak tega bangunin kamu nak, maafin mama ya" Raissa menghampiri Zea lalu mengelus kepala Zea pelan.
"Gak bisa ma, hari ini hari penting bagi aku, jadi harus datang. Sekarang udah gak kecapean lagi kok ma"
Mata Zea beralih pada jam dinding yang menunjukkan pukul 06.40.
"Ma, Zea berangkat dulu ya"
"Eh nak, bawa bekal aja ya trus jangan lupa pake jaket ya diluar udaranya dingin" Zea mengangguk. Ia mengambil kotak makan yang sudah disediakan Raissa. Lalu berpamitan.
Hari ini ia tak akan meminta Jinny untuk berangkat bersama, anak itu pasti sudah tau alasannya. Zea bergegas mengegas motornya dengan kecepatan tinggi, jalanan juga sedikit lenggang membuat Zea leluasa mengebut dengan motornya.
🥀🥀🥀
Zea menatap kesal pada satpam penjaga, ia hanya telat 3 menit tetap saja tidak diperbolehkan masuk.
"Pak Wawan... Kiw kiw, ayolah pak. Ijinin saya masuk ya ya ya"
Pak Wawan selaku penjaga satpam sama sekali tak mengindahkan ucapan Zea, meskipun anak itu tengah merayu rayu.
"Ish pak, masa bapak gak pernah denger pepatah gini 'lebih baik terlambat daripada tidak berangkat sama sekali'"
"Lalu? Apakah kamu tau Zea ada pepatah seperti ini 'tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu'? "
"Itu kan beda konsep lah pak, yaudah deh pak saya manjat ini lho" Zea sudah ancang ancang ingin memanjat pagar sekolah yang tingginya hanya 2 meter.
"Eh jangan jangan, bapak bolehin masuk tapi nanti waktu istirahat hormat sama bendera ya"
Zea men cemberut kesal, daripada makin panjang Zea mengiyakan saja.
Pelajaran kelas 11 mipa 2 sudah dimulai, pelajaran
Matematika yang sungguh mematikan. Pak Beni terlihat sedang fokus menulis rumus di papan tulis. Hal itu zea gunakan untuk mengendap endap kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
Novela JuvenilMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...