Malam ini, Gio harus mengatasi teror-teror yang terus berdatangan, entah itu lewat media offline atau online.
Malam yang suntuk ini, Gio dibuat pusing berapa kali. Ia beberapa kali harus meretas ini itu namun hasilnya nihil, tiba-tiba saja dia malah masuk ke website yang asing baginya.
Ia menekan pada layar iPad nya untuk mengetahui lebih lanjut, ia scrool ke bawah sampai tangannya berhenti sendiri.
"Gue harus tanya sesuatu sama papa" gumamnya menatap layar iPadnya berlogo apel itu.
🥀🥀🥀
Zea meremas jari-jemarinya, ia benar-benar dibuat bingung dengan pernyataan Gilang barusan. Gilang, lelaki itu masih setia menunggu jawaban Zea.
"Maaf.. " Jawaban yang Gilang tidak harapkan, diucapkan oleh Zea. Perlahan senyuman Gilang memudar.
"Maaf Gilang"
Zea tak berani menatap mata Gilang, sorot mata Gilang terlihat kecewa.
"Gakpapa, fine kok"
Zea mengerjap mendengar jawaban Gilang, Zea pikir Gilang akan marah karena ditolak olehnya.
"Be-neran gakpapa?" Sekarang Zea merasa tak enak hati dengan Gilang, Gilang yang selalu membantunya disaat ia kesulitan pada waktu mereka berada di markas atau pun tidak.
"Iya", kecewa gue Zea lanjutnya dalam hati, hatinya benar-benar sakit padahal ia sudah mencintainya dalam 1 tahun ini.
"Tapi Zea, boleh gak gue tau apa alasan lo nolak gue?"
Zea memberanikan diri menatap mata Gilang, matanya berkaca-kaca saat melihat sorot mata Gilang terlihat kecewa. Ia menggeleng.
"Apa lo menyukai seseorang tapi itu bukan gue?"
Zea diam, hal itu dapat terbaca jelas dalam benak Gilang. Nyatanya, hati Zea sudah terjatuh pada seseorang namun bukan dirinya.
"Lo nanti mau liat sunset?"
Gilang mencoba mengalihkan topik, ia merasa Zea dan dirinya sendiri canggung.
"Sunset? Apaan itu?"
"Sunset itu dimana detik-detik matahari mau tenggelam"
"Matahari gak tenggelam, tapi terbenam"
"Hadeuh, sama aja Zea"
"Beda"
"Sama"
"Beda"
"Sama"
"Ish beda tau, cowok ngalah napa"
Gilang tersenyum menyeringai. "Gue gak akan ngalah kalau lo gak mau jadi pacar gue"
"Kenapa sekarang maksa banget sih lang, apa tadi gue terlalu nyakitin lo? Sebenarnya dengerin alasan gue dulu"
Zea mengambil nafas dalam-dalam, ia merangkai kata-katanya yang ia ingin buat.
"Iya, lo bener gue menyukai seseorang tapi bukan lo. Gue pernah jalanin pacaran selama kurang lebih 2 tahun, itu gue benar-benar bodoh gak tau kalau temboknya tinggi banget. Dia janji buat nikahin gue, tapi setelah gue tau, gue bener-bener trauma buat pacaran beda agama lagi. Jangan-jangan lo gak tau kalau gue Kristen?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
Teen FictionMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...