"Ck ck ck, gara gara dia orang tadi, gue gak makan."
Zea berada di basecamp nya atau lebih tepatnya markas. Disana ada hanya Zidan dan Rachel, sisanya anggota bawahan. Zea bersandar pada sebuah sofa, mengambil buku di meja yang menurutnya menarik.
Mulutnya mulai bergerak keatas kekanan kekiri ke bawah sesekali memainkan ekspresinya membaca buku tersebut.
Buku itu berjudul 'My Princess', namanya seperti di Kerajaan Kerajaan, namun sebenarnya isi buku itu sama sekali tidak bertema Kerajaan.
Ceritanya sangat seru, apalagi actionnya yang kalah luar biasa, dimana seorang gadis perempuan yang berpakaian syar'i menjadi seorang mata-mata yang berbahaya.
Bukan hanya menjalankan tugasnya, tetapi ia juga menjalankan tugas dan kewajibannya akan dirinya sebagai Hamba-Nya didunia. Itulah yang Zea sukai, entah sudah berapa kali gadis itu menjadi mata-mata namun tak pernah meninggalkan kewajibannya terhadap Tuhan-Nya.
"Seru nih" Sorak Zea tanpa sadar, hal itu mengagetkan Rachel yang tengah bermanja ria dengan Zidan.
"Buset, ngagetin aja tuh anak." Zidan kesal dan baru menyadari ternyata ada Zea disini. Zidan menarik paksa buku yang dibawa Zea, itu saja mampu membuat Zea menahan kesal.
"Kenapa diambil bukunya sih!!!! Gue belum selesai baca, mana belum gue batasi lagi bacanya, kembaliin Zidan"
Zea hendak meraih buku itu, tapi ia harus terjatuh karena kaki kanannya yang tiba-tiba saja terkilir. Otomatis dia langsung terjatuh dan memegang kakinya yang terkilir.
"Sakit" rintihnya.
"Bisa gak biasa aja teriaknya, kebucinan gue sama Rachel terganggu sama lo. Mending lo pergi kekamar aja atau gak ke taman sana, gue udah pw disini"
"Yaudah deh iya, tapi gue gak bisa jalan. Kaki gue terkilir nih"
"Modus pengen digendong Zidan" cibir Rachel. Zea melotot tak Terima, mana ada dia modus.
"Gue gak modus ya, lagian gue gak suka Zidan. Gue punya orang tersendiri yang gue suka, gak usah geer"
Zea mencoba berdiri, tapi tidak bisa menjaga keseimbangan hingga dia terjatuh di atas sofa. Rachel sudah menetap jengah ke arah Zea yang menurutnya hanya dibuat buat.
"Udahlah dan, kita ke taman aja" Putus nya, Rachel menyeret tangan Zidan, sebelum itu Zidan melemparkan buku itu tepat dihadapan muka Zea.
Duk
"Aws, sakit." Rintihnya merasakan area sakit di kepalanya. Melupakan rasa sakitnya, ia kembali membuka buku itu kembali dan membacanya sampai tak sadar akan kedatangan anggota inti lainnya.
"Wooooo gue dateng" sorak Danil dengan suara semangatnya 45. Ia sudah sangat lelah karena harus mengikuti pelajaran tambahan sebagai hukumannya Ia ketahuan bolos.
"Berisik" Gilang mendekapkan kedua tangannya, senyumannya terbit melihat Zea sepertinya belum menyadari keberadaannya. Langsung segera ia duduk di samping Zea.
Ia kalah cepat dengan kedatangan Jinny yang langsung bisa membuat Zea tersadar akan keberadaan mereka semua. Gilang mendengus kesal.
"Serius amat, sampai gak nyadar keberadaan gue?"
Zea mengerjap mencerna siapa pemilik suara itu, Ia menoleh. Mendapati Jinny yang tengah berpose angka 2 di sampingnya.
Pletak
"Ngapain sih pakai pose foto segala, ngeri tau gak. Senyum lo kayak joker nj*r"
"Ih sakit tau Zea, lagian sih lo nyuekin gue" Jinny memegang dahinya yang habis disentil oleh Zea, meskipun pelan dan tidak sakit Jinny lebih suka berpura-pura sakit.
"Yaudah maaf nih. Soalnya lagi seru-seru nya baca ini"
"Btw, itu bukunya siapa?"
"Entah, gue nemu di meja"
Jinny membuka ranselnya, lalu mengeluarkan kipas mini. Cuaca hari ini sangat panas dari sebelumnya.
"Zea, itu buku gue. Bisa lo balikin gak?" Keenan menunjuk buku itu di tangan Zea, ia tadi baru saja membeli dari toko buku yang sudah ia nantikan.
"Eh Keenan, gak bisa. Gue belum selesai baca, gue baca dulu ya. Habis itu langsung kasih ke lo"
Keenan menggeleng, ia ingin menjadi orang pertama yang membaca buku miliknya, tapi sayang sudah diambil Zea lebih dulu.
"Ih Keenan, janji deh gak akan ku tekuk" Keenan tetap kekeh menggeleng. Mau tak mau, akhirnya Zea mengembalikan buku itu kepada Keenan.
"Kalau lo tertarik, beli aja di toko buku. Pasti ada"
Setelah mengatakan itu Keenan pergi begitu saja meninggalkan Zea yang sudah sangat kesal.
"Gue beliin gimana?"
"Eh tapi kayaknya genrenya gak sesuai sama lo deh Zea" celetuk Danil dan dihadiahi pukulan maut dari Zea.
Danil meringis merasakan bahunya sangat sakit akibat Zea memukulnya sangat keras, hal itu membuat yang lainnya tertawa.
"Jinny, lo beneran mau belii-" ucapan Zea terhenti kala mendengar suara perut Zea yang kedengarannya sangat garing.
"Dih, lo kesini udah makan apa belom si?" Jinny tertawa pelan. Zea hanya menampilkan deretan gigi putihnya lalu mengangguk.
"Iya gue belum makan nih, gue males buat. Buatin ya Jin"
"Biar gue aja yang buat" Gilang angkat bicara sebelum Jinny menjawab. Mata Zea memicing, apa mungkin Gilang bisa memasak untuknya?
"Biar gue a-"
"Gak ada penolakan" setelah mengatakan itu, Gilang langsung melesat ke dapur dan berkutat dengannya. Jinny mendengus kesal melihat tingkah Gilang yang kini sudah terang-terangan memperlihatkan perhatiannya.
🥀🥀🥀
"Wih enak juga makanannya lang, thanks" Zea melahap cepat makanan jadi 5 menit yang lalu. Hanya nasi goreng biasa namun rasanya sangat pas di lidahnya.
Gilang mengacungkan jempolnya sambil tersenyum tipis. Jinny tengah bermain PS bersama Rachel demi tidak ingin jengah melihat Gilang yang begitu perhatian pada Zea.
Danil dan Ale? Pastinya kedua orang itu tengah berpacaran di taman markas. Aksa dan Zidan, keduanya tengah bermain game bersama. Jihan? Ia tidak berada di Markas karena diminta dirumah untuk menjaga adiknya. Satu lagi, Keenan merupakan anggota inti juga yang sebelumnya belum disebutkan.
Jadi, anggota intinya ada Zea, Gilang, Jinny, Aksa, Rachel, Danil, Ale, Zidan, Jihan dan terakhir Keenan.
Keenan berbeda dari yang lain, ia selalu menundukkan pandangan ketika ada perempuan yang melihat nya, contohnya seperti tadi ketika Zea meminjam bukunya.
Keenan bisa dibilang dari keluarga agamis, tentu saja ia selalu menjaga jarak dengan perempuan, apalagi di Markas yang digunakan laki-laki dan perempuan disana.
Keenan memilih melanjutkan membaca novel nya di kamar, sebenarnya Keenan bisa saja berdakwah disana meminta mereka tidak berpacaran, namun karena asas Geng mereka yaitu, berbeda beda tetapi tetap satu. Maka dari itulah, Keenan hanya bisa berdo'a semoga mereka semua bisa terketuk hatinya.
Apalagi Zea, ia selalu berdo'a untuknya supaya diberi hidayah islam.
"Kalau misal gue kasih novel gue ke Zea, bisa aja dia terketuk. Apalagi ni novel isinya mata-mata, baiklah. Kuberikan saja ke dia, semoga dia mendapat hidayah"
_______________
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilzea (Tunda)
أدب المراهقينMengisahkan seorang gadis yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu memiliki masa lalu yang bisa dibilang tidak terlalu buruk namun penuh kenangan. Pernah berpacaran sekali hingga ia benar-benar menaruh perasaan pada sosok itu, gadis i...