*Jangan lupa untuk ramein part ini yah!
Happy Reading!
Bagian 6
Surat Cinta Untuk Shankara
Mentari telah menghilang di ufuk barat. Tergantikan dengan bulan dan bintang-bintang yang menyinari gelapnya malam. Beberapa menit telah berlalu dari azan Maghrib yang berkumandang. Sebentar lagi adalah waktu isya, namun, Anjani masih betah berdiam di sebuah trotoar yang tak jauh dari minimarket 24 jam.
Tangisnya masih mengudara. Sesak di hatinya terus bertambah, tak peduli dengan waktu yang semakin berjalan, kesedihan itu tetap tak bisa pudar. Rambut pendeknya sudah lepek oleh keringat, matanya sudah bengkak karena air mata, dan bibirnya bergetar karena tangis.
Anjani merasa kesedihan yang dirasakannya adalah sebuah kewajaran. Memangnya, siapa yang senang orang tuanya bertengkar? Tidak ada.
Semua orang menginginkan keharmonisan dalam sebuah hubungan, pun dengan Anjani sendiri. Ia hanya ingin kedua orang tuanya hidup rukun dan saling membagi kasih. Namun, hal itu tidak pernah bisa terwujudkan.
Sejak kecil, Anjani sudah dihadapkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya yang tak pernah ada habisnya. Saling melempar barang, saling tuduh, belum lagi ayahnya yang berselingkuh berkali-kali selalu menjadi sebab terjadinya konflik.
Anjani lelah, sangat lelah dengan semuanya. Ia iri dengan April yang hidup di keluarga cemara. Anjani juga ingin, ingin orang tuanya fokus pada keluarga kecil mereka. Tapi hal itu hanya akan menjadi harapan semata karena Anjani tahu, ia tahu bahwa pernikahan kedua orang tuanya sedang berada di ambang kehancuran.
Bahunya bergetar, tangisnya semakin kencang. Anjani tak peduli dengan tatapan-tatapan orang yang berlalu-lalang di depannya. Ia hanya ingin meluapkan rasa lelahnya dengan tangis.
Boleh tidak Anjani egois? Ia ingin ayah dan ibunya berbaikan dan mempertahankan pernikahan mereka demi dirinya. Anjani ingin kedua orang tuanya kembali merajut kasih demi dirinya, hanya agar Anjani bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh remaja seumurannya.
Anjani ingin, sekali saja ia ingin hal itu karena selama ini, hanya sesak yang ia dapatkan. Anjani lelah berada di posisi ini, sangat amat lelah. Tidakkah kedua orang tuanya memikirkan perasaannya? Kenapa mereka sangat egois? Anjani lelah.
Gadis itu menghapus air mata yang terus bercucuran di kedua pipinya. Ia melirik mini market yang ada di belakangnya untuk sejenak. Anjani haus, perutnya juga sakit karena minta untuk diisi. Tapi ia tak memiliki uang sepeserpun di kantong untuk membeli makanan atau minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Shankara✔️
Teen FictionAnjani mengagumi Shankara Dipta Anggara sejak lama. Namun, ia tak pernah berani untuk sekedar menyapa. Sikap dingin yang dimiliki Shankara menjadi alasan utama kenapa Anjani tak berani untuk mengakui perasannya. Sampai kemudian, sebuah insiden yang...