SCUS - 12

571 77 10
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 12

Surat Cinta Untuk Shankara

Anjani menghempaskan badannya ke atas kasur setelah selesai melaksanakan sholat isya. Ia meregangkan badan-badannya yang pegal, lalu menggerai rambut pendeknya yang sudah bertambah panjang.

Anjani menguap lebar, berniat ingin tidur cepat tatkala suara keributan mengganggunya. Helaan napas terdengar, Anjani sudah lebih dari paham apa yang akan terjadi setelah ini.

Bertengkar, lagi dan lagi.

"Liburan sama wanita itu lagi?! Kamu gila ya, Mas? Kamu gak pernah capek ngelakuin ini di belakang aku?"

Terdengar suara Saras dari ruang tengah yang membuat Anjani mengurungkan niatnya untuk tidur. Gadis itu bangkit dari posisi rebahannya, lalu menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang selagi fokus mendengarkan percakapan kedua orang tuanya yang sedang beradu mulut.

"Terus kenapa kalau aku liburan sama dia? Apa masalahnya buat kamu?!"

Anjani mengepalkan tangannya mendengar itu. Rasa benci menyelimuti hatinya. Setiap kata yang diucapkan ayahnya mampu membangunkan gejolak emosi di dadanya.

"Aku istri kamu! Itu tentu jadi masalah buat aku! Kamu selingkuh, Mas, berkali-kali. Kenapa kamu gak pernah sadar sama kesalahan kamu sendiri? Kenapa harus selalu aku yang maafin kamu?"

"Karna kamu selalu bikin aku muak. Kamu gak pernah bisa nyenengin aku! Aku bahkan udah malas liat muka kamu."

Bodoh. Bodoh sekali ayahnya mengatakan itu. Demi apapun, selama ini Anjani menemui banyak orang di dalam hidupnya, namun, ayahnya lah yang terbodoh.

Tidak pernah bersyukur dengan apa yang dimiliki. Tak pernah mencerminkan yang baik sebagai orang tua. Terlalu egois. Hanya bisa menyakiti dan menyakiti. Anjani sangat muak dengan ayahnya, demi apapun.

"Kenapa kamu selalu nyakitin aku sih, Mas? Kenapa? Kenapa kamu gak pernah lihat aku di sini?"

"Karena aku gak pernah mencintai kamu!"

Terdengar suara isakan dari Saras yang membuat hati Anjani seperti diremas. Seumur hidupnya, Anjani selalu berusaha untuk kuat dan tak menangis saat mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Namun ia selalu gagal melakukan itu karena tak pernah tega mendengar suara tangisan ibunya.

Anjani menutup telinganya saat terdengar suara bantingan kaca di lantai. Badan gadis itu bergetar, setengah ketakutan. Anjani benci pertengkaran. Sayangnya ia malah selalu dihadapkan dengan hal ini.

Surat Cinta Untuk Shankara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang